1. Penjual Martabak Malabar
Dikutip dari Kemendikbud.go.id, awal mula istilah halalbihalal muncul berasal dari penjual martabak pada tahun 1935 hingga 1936 di Taman Sriwedari, Surakarta.
Pada saat itu, martabak termasuk makanan yang baru dan dikenalkan oleh pedagang dari India.
Nah, kata halalbihalal muncul saat pedagang martabak dari India mempromosikan dengan cara berteriak "Martabak Malabar.. halah bin halal.. halal bin halal..".
Istilah itu kemudian populer di Surakarta atau Solo, terutama di Sriwedari saat hari Lebaran.
Istilah halal bin halal pun berubah menjadi halalbihalal yang kemudian berkembang menjadi sebutan untuk tradisi bermaaf-maafan saat Lebaran.
Kisah itu diperkuat dalam kamus Jawa-Belanda terbutan tahun 1938 karya Dr. Th. Pigeaud, yaitu adanya kata halal behalal dan alal be halal.
2. Soekarno dan Kiai Abdul Wahab
Selain dari penjual martabak, ada juga teori sejarah halalbihalal yang datang dari Soekarno dan Kiai Abdul Wahab.
Sejarah itu menyebut bahwa pada masa awal kemerdekaan Indonesia, tepatnya tahun 1948, negara ini sedang tidak dalam kondisi stabil.
Dalam rangka menurunkan ketegangan politik saat itu, Soekarno melakukan diskusi dengan Kiai Abdul Wahab untuk mengatasi masalah tersebut.
Baca Juga: Lebaran Identik dengan Tradisi Salam Tempel, Bagaimana Asal-Usulnya?