Pada awalnya Sekaten merupakan tradisi memainkan gamelan dari dalam Keraton.
Namun, pada zaman penjajahan Belanda, pemerintahan Hindia Belanda justru mengadakan pasar malam di sekitar keraton.
Hal itu dilakukan untuk memecah perhatian masyarakat sehingga tidak mengikut perayaan Sekaten.
Karena sudah terjadi cukup lama, maka kini pasar malam pun diadaptasi menjadi bagian dari Sekaten.
4. Prosesi Sekaten
Banyak di antara teman-teman mungkin mengenal Sekaten sebagai tradisi dengan pasar malam atau gunungan.
Padahal proses utama dari Sekaten adalah dibunyikannya gamelan, lo.
Jadi, Sekaten dimulai dengan dibunyikannya gamelan dari tanggal 5 Rabi'ul Awal yaitu dari pukul 16.00 dan terus berlanjut hingga tengah malam.
Penabuhan gamelan ini akan dilakukan selama tujuh hari berturut-turut dari pagi hingga malam secara bergantian.
Gamelan akan berhenti dibunyikan setiap waktu salat dilakukan, karena penabuhan gamelan dilakukan di dalam Masjid Gedhe Kauman di Yogyakarta dan Masjid Agung Keraton di Surakarta.
Lalu pada tanggal 11 Rabu'ul Awal Sri Sultan akan datang ke serambi masjid untuk mendengarkan pembacaan riwayat kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: 5 Negara yang Punya Tradisi Mudik Lebaran Selain Indonesia, Mana Saja?