Perbedaan Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern, Materi Sejarah

By Fransiska Viola Gina, Rabu, 25 September 2024 | 15:00 WIB
Perbedaan historiografi tradisional, kolonial, dan modern. (Freepik)

Kutai, Tarumanegara, Kalingga, Sriwijaya, Mataram Kuno, Singasari, dan Majapahit adalah contoh kerajaan Hindu-Budha.

Sementara itu, kerajaan Islam seperti Samudera Pasai, Malaka, aceh, Demak, Banten, Cirebon, Mataram, hingga Gowa.

Saat kita di sekolah dan mempelajari kerajaan-kerajaan itu, maka tulisan itu masuk dalam historiografi tradisional.

Penulisan sejarah tradisional berfungsi untuk merekam dan mewariskan kehidupan dinasti pada generasi penerus.

Ciri umum historiografi tradisional, yakni:

Ada banyak historiografi tradisional yang ditemukan, seperti hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi, hingga Babad Majapahit.

2. Historiografi Kolonial

Historiografi kolonial adalah salah satu penulisan sejarah pada masa kolonialisme atau penjajahan bangsa Eropa di Indonesia.

Historiografi kolonial ini berkembang pesat sejak abad ke-17 M hingga pemerintahan Hindia Belanda pada abad ke-20 M.

Historiografi ini membahas tentang kehidupan warga Belanda di Hindia Belanda dan ditulis oleh orang-orang Belanda.

Tujuan dari penulisan historiografi kolonial ini untuk memperkuat keduudkan kolonial di negara jajahan, seperti Indonesia.

Baca Juga: 5 Tahap Penelitian Sejarah Menurut Ahli dan Contohnya, Materi Sejarah

Ciri-ciri umum historiografi kolonial: