“Aku sudah melarang, tapi Bintang Langit tak mau mendengar,” adu Mentari Pagi. “Jangan-jangan...”
“Raksasa Merah!” teriak mereka berdua.
Mentari Pagi dan ibu Bintang Langit berpandangan. Mereka membayangkan Bintang Langit yang kecil tersesat dalam gua dan bertemu Raksasa Merah. Mata raksasa itu menyala-nyala dan tiba-tiba...
“Aku pulaaang!”
“Bintang Langit!!!”
“Kenapa kalian menangis? Ibu, aku lapar sekali! Mentari Pagi, kenapa kamu meninggalkanku?” kata Bintang Langit bertubi-tubi.
“Syukurlah, Nak, kamu selamat.” Ibu Bintang Langit memeluk anaknya.
“Tadi kami takut kalau kamu dimakan Raksasa Merah!” cerita Mentari Pagi.
“Ah, ya, Raksasa Merah!” seru Bintang Langit. “Tadi aku mencarinya, tapi tidak ketemu. Besok aku akan ke sana lagi mencari Raksasa Merah.”
“Bintang Langit!” teriak ibunya. “Sekali lagi Ibu peringatkan. Jangan bermain ke bukit batu. Raksasa Merah jahat bisa menelanmu hidup-hidup!”
Tapi, bukan Bintang Langit namanya, kalau menyerah begitu saja. Keesokan harinya, diam-diam Bintang Langit menyelinap ke bukit batu. Disambarnya roti di meja untuk bekal. Ugh, Bintang Langit memang bandel!
Baca Juga: Dongeng Anak: Burung Hantu yang Malas