Dongeng Anak: Bintang Langit dan Raksasa Merah

By Sarah Nafisah, Senin, 17 Maret 2025 | 18:00 WIB
Dongeng Anak: Bintang Langit dan Raksasa Merah
Dongeng Anak: Bintang Langit dan Raksasa Merah (via Canva)

Bobo.id - Halo, teman-teman! Kita baca bersama-sama dongeng anak Majalah Bobo hari ini, yuk!

Bintang Langit dan Raksasa Merah

Cerita oleh: Veronica Widyastuti

“Bintang Langit, jangan dekat-dekat gua!” 

Anak laki-laki itu menoleh, “Memangnya kenapa, Mentari Pagi?”

“Di sana ada Raksasa Merah!” 

Bintang Langit membelalakkan matanya, “Raksasa Merah?”

Mentari Pagi sering mendengar cerita tentang Raksasa Merah. Kabarnya, raksasa itu tinggal di dalam gua, di sela-sela bukit batu. Sekujur tubuhnya berwarna merah. Kadang dia menyemburkan api panas berwarna merah.

“Ah, aku tak percaya!” teriak Bintang Langit. “Aku ingin bertemu Raksasa Merah!”

“Bintang Langit! Jangan!” seru Mentari Pagi ketakutan. Sayang, Bintang Langit tak menghiraukannya. Dia melompat-lompat dan menghilang di balik batu.

Hari telah senja. Namun, Bintang Langit belum pulang. Ibunya sangat cemas menanti Bintang Langit.

Baca Juga: Dongeng Anak: Sebuah Pesta Ulang Tahun

“Aku sudah melarang, tapi Bintang Langit tak mau mendengar,” adu Mentari Pagi. “Jangan-jangan...”

“Raksasa Merah!” teriak mereka berdua.

Mentari Pagi dan ibu Bintang Langit berpandangan. Mereka membayangkan Bintang Langit yang kecil tersesat dalam gua dan bertemu Raksasa Merah. Mata raksasa itu menyala-nyala dan tiba-tiba...

“Aku pulaaang!” 

“Bintang Langit!!!”

“Kenapa kalian menangis? Ibu, aku lapar sekali! Mentari Pagi, kenapa kamu meninggalkanku?” kata Bintang Langit bertubi-tubi.

“Syukurlah, Nak, kamu selamat.” Ibu Bintang Langit memeluk anaknya.

“Tadi kami takut kalau kamu dimakan Raksasa Merah!” cerita Mentari Pagi.

“Ah, ya, Raksasa Merah!” seru Bintang Langit. “Tadi aku mencarinya, tapi tidak ketemu. Besok aku akan ke sana lagi mencari Raksasa Merah.”

“Bintang Langit!” teriak ibunya. “Sekali lagi Ibu peringatkan. Jangan bermain ke bukit batu. Raksasa Merah jahat bisa menelanmu hidup-hidup!”

Tapi, bukan Bintang Langit namanya, kalau menyerah begitu saja. Keesokan harinya, diam-diam Bintang Langit menyelinap ke bukit batu. Disambarnya roti di meja untuk bekal. Ugh, Bintang Langit memang bandel!

Baca Juga: Dongeng Anak: Burung Hantu yang Malas

Bintang Langit tidak takut meskipun ibunya banyak bercerita tentang Raksasa Merah. Katanya, ada penduduk desa yang terbakar sekujur tubuhnya karena semburan api Raksasa Merah. Ada juga yang terluka parah karena bertarung dengan Raksasa Merah. Cerita itu justru membuatnya penasaran.

Bintang Langit memandangi gua di hadapannya. “Hmm, sepertinya gua ini berbeda dengan yang lain. Ada jejak-jejak kaki di mulut gua. Jangan-jangan kaki Raksasa Merah.” Jantung Bintang Langit berdebar-debar.

Blarrr! Suara petir menggelegar. Bintang Langit memandang langit yang mulai gelap. Tetesan air jatuh satu persatu. Mau tak mau, Bintang Langit harus masuk ke dalam gua agar tak kehujanan.

Bintang Langit sedang asyik dengan rotinya ketika dia mendengar suara napas di belakangnya. Dia menoleh. Sekejap nafasnya terhenti. Raksasa Merah!!!

“Astaga! Dia begitu besar! Aku tak mungkin menang melawannya!” pikir Bintang Langit. “Aku harus lari!” 

Bintang Langit tak peduli meskipun hujan deras mengguyur tubuhnya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah lari, lari, dan lari!

Karena tak memperhatikan jalan, Bintang Langit terpeleset. Kepalanya membentur batu. Dia tidak sadar ketika sepasang tangan mengangkatnya dan membawanya kembali ke dalam gua.

Pelan-pelan Bintang Langit membuka mata. Sepasang mata yang menatapnya tajam membuatnya tersentak.

“Kamu... kamu... “

“Jangan takut, Nak! Aku akan mengobati luka di kepalamu.”

“Tapi, kamu... kamu... Raksasa Merah!”

Baca Juga: Dongeng Anak: Hilangnya Sayap Kasuari

Makhluk itu meringis, memamerkan giginya yang besar-besar dan menakutkan. “Ya. Akulah Raksasa Merah!”

Bintang Langit melompat. “Kamu adalah raksasa jahat. Kamu telah menyerang penduduk kampungku!”

Bintang Langit terkejut melihat Raksasa Merah menitikkan air matanya. 

“Maaf, maafkan aku! Aku tak pernah bermaksud melukai siapapun. Mereka yang menyerangku lebih dulu. Aku hanya mempertahankan diri.”

“Bohong! Kamu pasti ingin membunuhku!” teriak Bintang Langit.

“Kalau aku ingin membunuhmu, kenapa tidak kulakukan sejak tadi?”

Bintang Langit mulai ragu. Hatinya melunak. “Jadi, apa sebenarnya yang kamu inginkan?”

“Persahabatan. Aku kesepian hidup sendiri di sini. Maukah kamu menjadi sahabatku?”

“Tapi, kamu harus berjanji untuk tidak memakanku!”

Raksasa Merah tertawa. “Tentu saja tidak! Bagaimana mungkin aku memakan sahabatku sendiri? Lagipula, aku tidak makan manusia! Meskipun raksasa, aku tidak jauh beda dengan manusia. Aku juga makan sayur dan buah-buahan.” 

Akhirnya, Bintang Langit bersahabat dengan Raksasa Merah. Tak ada lagi yang takut dengan Raksasa Merah. Tak ada lagi cerita-cerita menyeramkan tentang Raksasa Merah. Mereka menjadi sahabat setia selamanya.

Baca Juga: Dongeng Anak: Naga Yang Menelan Matahari

---

Tonton video ini, yuk!

---- 

Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.