“Heh, kenapa sih dengan tubuhku? Kok, jadi begini?” Putri Maguette panik.
“Waah, celaka! Tuan Puteri kena duri Rosviller!” seru Noelle dengan wajah gusar.
“Duri Ros…apa?”
“Duri Rosviller! Duri beracun! Getah duri itu bisa membekukan darah. Jadi, kalau bibir kita tersenyum, maka bibir kita akan terus tersenyum sampai racun itu hilang. Tapi kalau bibir kita manyun, makaaa…”
“Hentikan! Beri aku penawarnya!”
“Tidak ada penawarnya, Tuan Putri! Ah, tapi Tuan Putri tak perlu khawatir, kok! Racun itu akan hilang dengan sendirinya selama beberapa minggu,”
“Beberapa minggu?! Lalu bagaimana denganku? Aku kan, tak mungkin terlihat dengan mata, bibir, dan telunjuk seperti ini!”
“Hmm… sebaiknya Tuan Putri jangan memperburuk bentuk wajah dan tubuh Tuan Putri. Makin jelek mimik muka Tuan Putri, makin jelek juga wajah yang terbentuk!”
Putri Maguette ingin marah, tapi segera ditahannya sebelum wajahnya berubah semakin parah. Putri Maguette segera berlari ke istana. Dia mengunci diri di kamar. Dipandanginya wajah anehnya di cermin. Matanya terlihat melotot, bibirnya manyun, dan telunjuknya terus mengacung. Ugh… Puteri Maguette membenamkan wajahnya di bantal sambil menangis meratapi nasibnya!
Dalam beberapa hari Putri Maguette mengurung diri di kamar. Dia sama sekali tak mau keluar. Bahkan makan pun harus diantar. Kalau merasa bosan, Putri Maguette pergi menyendiri di kebun. Seringkali Putri Maguette merasa kesal, tapi tak tahu harus berbuat apa untuk menumpahkan kekesalannya. Suatu hari Noelle memberinya saran.
“Tumpahkan saja kekesalan pada rumput-rumput di kebun! Tuan Puteri bisa mencabut rumput-rumput yang sudah tinggi!”
“Enak saja, memangnya aku tukang kebun?!”