“Eh, Tuan Puteri marah lagi, ya?” goda Noelle.
“Tentu saja aku marah, kauu…” Hup! Putri Maguette buru-buru menutup mulutnya sebelum bertambah manyun. Dengan perasaan geram dicabutinya rumput-rumput di kebun. Ugh! Ugh! Ugh! Rumput-rumput tercabut. Puteri Maguette masih merasa jengkel. Dia segera mengambil gunting dan memangkas tanaman. Fiuuuh… lega juga rasanya! Emosinya agak berkurang.
Sejak itu, setiap Puteri Maguette marah, Noelle memiliki jurus ampuh untuk meredam emosinya. Noelle selalu menggoda, “Tuan Puteri marah, ya?”
Mendengar kata-kata itu, biasanya Putri Maguette langsung membungkam mulutnya dan menumpahkan kekesalan dengan mencabut rumput-rumput. Lama kelamaan Puteri Maguette terbiasa melampiaskan emosinya tanpa marah-marah. Caranya adalah dengan bekerja! Entah itu berkebun, atau membersihkan kamarnya.
Penghuni istana bingung dengan perubahan sikap Putri Maguette. Tetapi mereka bersyukur karena sekarang Putri Maguette jarang marah-marah. Puteri Maguette sendiri merasa senang. Bekerja ternyata mengasyikkan juga. Apalagi kalau sambil bersenandung. Puteri Maguette juga tak segan-segan membantu siapa saja.
Sebulan berlalu. Tanpa Putri Maguette sadari, wajahnya telah berubah seperti sedia kala. Matanya tak lagi melotot, dan bibirnya tak lagi bertambah manyun. Jari telunjuknya juga sudah tidak mengacung. Malah kini pipinya bersemu merah muda karena sering terkena hangat sinar matahari. Sayangnya, telapak tangan Puteri Maguette yang lembut dan halus jadi penuh luka karena tertusuk onak dan duri. Selain itu banyak kukunya yang patah. Ah, tapi Puteri Maguette tak peduli. Bekerja memang membuat tangan menjadi kasar. Tetapi Noelle pernah berkata, tangan yang paling indah adalah tangan yang digunakan untuk bekerja.
Setelah beristirahat sebulan lamanya, tiba-tiba Pak Bun datang dari desa. Tubuhnya tampak sehat dan wajahnya kelihatan cerah. Rupanya Pak Bun sudah sembuh dari sakit. Noelle pun berpamitan pergi.
“Tetaplah bekerja di sini, Noelle! Kau bisa membantu Pak Bun merawat kebun,” pinta Puteri Maguette.
“Maafkan saya, Tuan Puteri. Saya tidak bisa lagi bekerja di sini. Saya harus pulang ke kampung halaman. Sekarang musim menanam gandum. Saya akan membantu orang tua saya di desa mengolah ladang!”
Puteri Maguette mengizinkan Noelle pergi. Tetapi sebetulnya dalam hati dia sedih. Dia merasa kehilangan seorang teman. Apalagi Noelle telah membuat kebiasaan marahnya berkurang.
Puteri Maguette menyendiri di kebun, dari kejauhan dia menatap tanaman Rosviller. Tanaman berduri itu membuatnya teringat pada Noelle. Dulu, gara-gara tertusuk duri tanaman itu, bentuk wajah Puteri Maguette menjadi aneh.
Selain itu, Noelle pernah memangkas tanaman itu menyerupai wajah Puteri Maguette yang cemberut. Rupanya kini Noelle telah merubah bentuknya. Tanaman itu dipangkas menyerupai wajah Puteri Maguette yang sedang tersenyum.