Maguette, Si Putri Pemarah

By Sylvana Toemon, Selasa, 17 April 2018 | 04:00 WIB
Maguette, Si Putri Pemarah (Sylvana Toemon)

Tiba-tiba alunan musik berhenti. Pangeran dari Nordamme menuruni anak tangga. Dengan langkah tegap, Pangeran dari Nordamme menuju ruang dansa. Wajahnya tertutup topeng bulu.

Kemarahan Puteri Maguette segera sirna. Setelah melihat sosok sang pangeran yang gagah, Puteri Maguette berharap dalam hati. Semoga Pangeran dari Nordamme memilihnya. Tetapi… tangannya kasar dan penuh bekas luka!

Secara serempak, para puteri segera mengulurkan tangan mereka. Tangan-tangan yang terjulur sangat halus dan indah. Kuku bercat warna-warni menghiasi jari lentik mereka. Hanya Puteri Maguette yang menyembunyikan tangannya.

“Ulurkanlah tanganmu!” pinta sang pangeran lembut. Dengan berat hati, Puteri Maguette mengulurkan tangannya yang masih terbungkus sarung tangan.

“Bukalah sarung tanganmu!” pinta sang pangeran lagi.

Pelan-pelan Puteri Maguette membuka sarung tangannya. Oooh… para puteri terperangah melihat tangan Puteri Maguette yang penuh bekas luka. Kukunya juga dipotong pendek dan sama sekali tidak dicat! Mereka menatap Puteri Maguette dengan pandangan kasihan.

Tiba-tiba Puteri Maguette membalas tatapan mereka.

“Kalian heran melihat tanganku? Tangan ini kupakai bekerja hingga menjadi kasar dan penuh bekas luka. Kalian tahu, seperti inilah tangan para pelayan, koki, tukang kebun, dan kusir kalian! Juga tangan rakyat kalian yang bekerja di ladang dan di lautan! Oh ya, seorang temanku pernah berkata. Walau dia hanya seorang tukang kebun sederhana, tapi kurasa pemikirannya luar biasa. Menurutnya, tangan yang paling indah adalah tangan yang digunakan untuk bekerja!” geram Puteri Maguette memecahkan keheningan. Dengan kesal diangkat gaunnya dan berlalu dari hadapan para puteri dan sang pangeran. Tiba-tiba Pangeran dari Nordamme mencegat langkahnya.

“Tuan Puteri marah, ya?” goda sang pangeran.

Puteri Maguette tersentak kaget. Suara itu dikenalnya! Pangeran dari Nordamme membuka topeng bulunya sambil tersenyum. Astaga, Noelle, si tukang kebun!

Noelle mengulurkan tangannya sambil membungkuk.

“Maukah kau berdansa denganku?”

Puteri Maguette terhenyak. Noelle yang selama ini dikenalnya ternyata putera mahkota Kerajaan Nordamme! Sebelum Puteri Maguette menjawab, Noelle telah menariknya ke lantai dansa.

Noelle menceritakan segalanya. Dia menyamar jadi tukang kebun untuk mendekati Puteri Maguette. Mengenai tanaman Rosviller, hanya akal-akalannya saja. Dulu, wajah dan tubuh Puteri Maguette jadi aneh karena ramuan yang sengaja Noelle balurkan pada duri tanaman itu. Puteri Maguette jengkel mendengar cerita Noelle. Tapi Noelle langsung menggoda,

“Tuan Puteri marah, ya?”

Puteri Maguette cemberut. Tetapi sesaat kemudian dia tertawa memikirkan kebodohannya. Yah, itulah akibatnya kalau sering marah-marah!

Malam itu Pangeran Noelle melamarnya. Tak lama kemudian mereka menikah dan meneruskan hobi berkebun. Kini Puteri Maguette tak lagi dikenal sebagai puteri pemarah. Seluruh rakyat menghormatinya sebab Puteri Maguette selalu bekerja keras dan siap membantu siapa saja.

Sumber: Arsip Bobo, Cerita: Dwi Pujiastuti