Tiga sekawan, Luki, Anto, dan Maman pulang dari sekolah. Di tepi jalan mereka berhenti sejenak di depan toko kecil yang tampak semarak. Toko itu menjual buah-buahan. Akan tetapi, bukan buah-buahan yang menarik perhatian mereka. Sebuah white board bertuliskan: DICARI ANAK LAKI-LAKI. JAM KERJA 17.00 - 20.00. HONOR RP 50.000,-/BULAN.
“Wah, kalau aku bisa bekerja di sana, aku bisa membayar uang sekolahku sendiri. Beban orang tuaku menjadi ringan," kata Maman.
"Aku pun mau. Tapi, tak mungkin. Seminggu tiga kali aku latihan bulu tangkis!" kata Luki .
"Mari kita coba!" ajak Anto.
"Kamu juga mau bekerja?" tanya Luki dan Maman serentak.
Rasanya tak bisa dipercaya. Ayah Anto seorang pengusaha. Mana mungkin Anto diizinkan menjadi pelayan di toko buah-buahan? Anto hanya tersenyum.
"Kita melamar pekerjaan bertiga.Tapi nanti Maman yang akan bekerja di sini. Ayo, kita masuk," kata Anto dengan semangat.
Ketiga sekawan itu masuk ke toko. Duh sejuknya, ada lemari pendingin dan ruangan ber-AC. Dan harumnya jeruk, cempedak, dan pisang singgah di hidung.
"Selamat siang, Pak. Kami melihat iklan di depan. Kami mau melamar pekerjaan!" Anto memulai.
Maman dan Luki mengangguk hormat pada seorang bapak yang gemuk pendek. Seorang wanita gemuk sedang melayani pembeli. Rupanya wanita itu isteri pemilik toko.
"Hm. Ya... mari duduk dulu!" ajak si bapak gemuk. "Panggil saya Pak Tri!"
Pak Tri mengajak ketiga anak itu ke bagian belakang toko. Mereka duduk di sofa.