Asal Tahu Caranya

By Sylvana Toemon, Kamis, 17 Mei 2018 | 02:00 WIB
Asal Tahu Caranya (Sylvana Toemon)

Pak Tri menjawab, "Kalian tidak salah hitung, hanya Anto lebih cerdik. Baik, coba kalian dengar apa jawaban Anto."

"Pertanyaan pertama. Satu kg apel Rp 200,- Berapa harga 3 kg apel?  Kalian menjawab Rp 600,- Anto menjawab: Tak mungkin, mana ada apel sekilo Rp 200,- Harga apel ribuan rupiah per kilo."

"Pertanyaan kedua. Satu kg jeruk harganya Rp 20.000,- Berapa harga 5 kg jeruk. Kalian menulis Rp 100.000,- sedangkan Anto menjawab: Harganya terlalu mahal. Tak akan ada yang mau beli."

"Jawaban atas pertanyaan ketiga. Kalian menulis: Terima kasih. Anto menjawab: Terima kasih, Bu. Sering-sering belanja ke sini. Buah-buahan di sini jaminan mutu."

Maman dan Luki mengangguk-angguk mengerti.

"Kalian mengerti, bukan? Saya perlu orang yang otaknya cerdas dan juga harus rajin. Jadi, Anto, kapan kamu bisa mulai?  Lebih lekas lebih baik."

"Maaf, Pak Tri. Sebetulnya, yang perlu membantu ekonomi keluarganya adalah Maman. Bagaimana kalau Pak Tri mencoba menerima Maman? Saya yakin ia bisa bekerja dengan baik dan rajin," kata Anto. "Saya akan membantu Pak Tri dengan lain cara."

"Dengan cara apa?" tanya Pak Tri heran.

"Pertama,  saya akan mengajarkan Maman cara melayani pelanggan dengan baik. Saya akan mendampinginya selama seminggu tanpa dibayar. Kedua, akan saya minta Ibu saya dan  kelompok arisannya untuk berbelanja di sini. Ketiga, saya akan minta tolong pada staf di kantor Ayah, agar mencoba belanja di sini. Kalau pelayanan di sini bagus dan harga bersaing, pasti mereka akan kembali, kan!"Anto menjelaskan dengan yakin. Lalu ia memberikan kartu nama ayahnya.

"PT Kencana Wijaya!" desis Pak Tri. "Distributor bahan-bahan kimia."

Pak Tri menggeleng-gelengkan kepala.

"Anak zaman sekarang. Kecil-kecil sudah pandai berkomunikasi dengan orang dewasa. Nah, baiklah kuikuti saranmu. Maman boleh bekerja di sini. Kapan Maman bisa mulai?"

"Terima kasih, Pak. Besok bisa saya kira!" jawab Maman.

Tak lama kemudian dengan wajah berseri-seri ketiga sekawan itu keluar dari toko. Maman mengucapkan terima kasih pada kawannya.

"Kamu, kok, pandai amat, sih!" kata Luki pada Anto.

"Ah, bukan pandai. Asal tahu caranya saja. Sebetulnya tidak ada yang sukar, asal kita mau berpikir positif. Tadi Maman bilang ingin bekerja. Jadi saya berdoa dan memikirkan caranya supaya Maman diterima. Nah, Tuhan mendengar doa yang saya panjatkan. Sederhana saja, bukan?" kata Anto.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.