Kemudian Yuli diajak ke rumah sakit. Oma menghibur Titi, anak tetangga yang dioperasi usus buntu dan juga ketiga anak lain yang tidak dikenalnya, tapi sekamar dengan Titi. Masing-masing dapat hadiah dua ekor anjing dari bahan handuk.
Sudah itu Oma Nani dan Yuli pulang. Yuli merasa seakan-akan sudah kenal Oma Nani lama. Rasanya demikian menyenangkan berbicara dengan Oma Nani. Ramah dan penuh pengertian. Bahkan ia mau besuk anak-anak yang tidak dikenalnya dan memberikan hadiah.
"Setiap hari kita harus bersemangat dan melakukan halhal yang berguna bagi sesama. Baru kita merasa hidup ini berarti. Hari ini Oma Nani bersyukur kepada Tuhan karena boleh menikmati sore yang indah bersama Yuli," kata Oma Nani. "Yuli sudah menolong Oma sehingga ada kawan pergi ke rumah sakit."
Ada perasaan hangat menjalar di hati Yuli. Dia menjadi seorang yang berarti di mata Oma Nani. Bukan sebagai anak yang tak punya prestasi bila dibandingkan dengan kakak dan adiknya.
"Terima kasih, Oma Nani. Bagi Yuli ini juga sore yang indah," kata Yuli, "Apakah Sabtu depan Yuli boleh datang lagi?"
Yuli terdiam sejenak, wajahnya muram, lalu ia meneruskan, "Ya, kalau Ibu mengizinkan. Soalnya Sabtu depan Ibu menyuruh Yuli ikut ke gelanggang olahraga!"
Tiba-tiba saja Yuli sudah menumpahkan semua masalahnya pada Oma Nani. Soal kakak dan adiknya yang berprestasi, soal Yuli yang tidak suka olahraga dan Yuli yang terpaksa ikut ke Sports Club. Padahal Yuli lebih suka menjahit baju boneka di rumah. Tahu-tahu ia sudah menangis tersedu-sedu. Oma Nani mengusap-usap punggungnya dan mendengarkan dengan sabar.
Sesudah tangis Yuli reda, Oma Nani berkata, "Yuli, tidak apa kamu menangis. Oma mengerti perasaanmu. Dulu, waktu masih kecil, adik Oma juga hebat. Dia juara lari. Tapi, Oma pendiam dan rasanya tidak bisa apa-apa. Akhirnya guru Oma mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi Oma tidak merasa tertekan lagi. Masing-masing menekuni bidangnya sendiri."
Yuli mendengarkan kata-kata Oma Nani. Benar, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Baru kini Yuli menyadari.
"Satu hal lagi, Yuli. Sikap terbuka pada orang tua itu sangat penting. Kadang-kadang orang tua tidak peka menangkap keinginan anaknya. Jadi sebagai anak kita harus berani menyatakannya."
Kemudian Yuli pulang dengan membawa buku prakarya, dua buku anak-anak, dan seekor anjing-anjingan dari bahan handuk.
Bersambung
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.