Nyatakan Keinginanmu, Yuli! (2)

By Sylvana Toemon, Rabu, 4 April 2018 | 05:00 WIB
Nyatakan Keinginanmu Yuli (2) (Sylvana Toemon)

Cerita sebelumnya klik di sini.

Keluarga Kusnadi suka olahraga. Ella, kakak Yuli berprestasi di bidang bulu tangkis. Anto, adiknya pandai berenang. Tiap Sabtu terpaksa Yuli ikut keluarganya ke Sports Club, walaupun ia tidak menikmatinya. Oma Nani yang tak suka berolahraga dijumpainya di gelanggang olahraga. la mengundang Yuli main ke rumahnya. Namun, Yuli takut tidak diizinkan.

***

Di rumah, waktu malam hari pembicaraan tentang olahraga masih berlanjut. "Berusaha sebaik mungkin, To. Kalau kamu menang Sabtu depan, kamu dapat hadiah game tetris!" dorong Ibu.

“Kami akan menyorakimu keras-keras! Mungkin baik juga kita mengundang saudara-saudara sepupumu!" usul Ayah.

"Kalau kalah, kan, malu!" kata Anto.

"Menang atau kalah tak jadi soal. Yang penting sudah mencoba dan berusaha!" kata Ibu. Kata-kata Ibu itu justru mendorong Yuli untuk bicara.

"Ibu, bolehkah Yuli tidak ikut ke gelanggang Sabtu depan? Yuli ingin ke rumah teman!" pinta Yuli.

"Lo, Anto kan mau bertanding. Apa karnu tidak mau ikut memberi dorongan?" tanya Ibu.

"Bukan tidak mau. Cuma Yuli sudah janji!" kata Yuli. Entah dari mana keberanian itu didapatnya.

"Kalau sudah janji, ya harus ditepati!" Ayah memutuskan.

"Baiklah, tapi Sabtu depannya lagi kamu harus ikut," kata Ibu. Yuli mengangguk setuju. Hatinya berbunga-bunga. Tiba-tiba timbul semangatnya.

Sabtu sore semua pergi ke gelanggang olahraga. Yuli pun bersiap dan berangkat ke rumah Oma Nani. Rumahnya kecil, dan ia diterima di ruang tamu yang sempit. Di dinding ada rak buku.

"Selamat sore. Bagus, Yuli, berhasil dapat izin ya. Memang kita harus berani mencoba sesuatu yang baru," sambut Oma Nani dengan gembira.

Oma Nani menyediakan es sirup dan kue kering, lalu mereka bercakap-cakap. Yuli bercerita bahwa dia kelas 4 dan juga tentang keluarganya. Oma Nani punya anak dua orang. Suaminya sudah meninggal. Anaknya yang laki-laki bekerja di perusahaan minyak lepas pantai. Anaknya yang perempuan sudah menikah dan kini berada di Australia bersama suaminya yang sedang tugas belajar.

"Apakah Oma tidak kesepian karena tinggal sendirian?" tanya Yuli.

"Kadang-kadang sepi juga. Tapi, umumnya tidak terasa, karena Oma banyak kesibukan dan suka membaca. Apakah kamu suka membaca?" jawab Oma Nani sekaligus balik bertanya.

"Suka juga, tapi sedikit buku bacaan. Keluarga kami jarang ke toko buku!" jawab Yuli. "Saya suka menjahit dan membuat prakarya."

"Membaca itu banyak gunanya. Bacaan bisa menghibur, menambah pengetahuan dan memberikan informasi. Juga bacaan yang baik bisa memberi pengaruh positif!" kata Oma Nani.

"Kamu boleh pinjam buku prakarya dan majalah anak-anak. Kadang Oma menulis di majalah anak-anak!" kata Oma Nani. Kemudian Oma Nani mengambilkan sebuah buku berwarna. Ooh, bagusnya. Ada cara membuat bantal kursi, aneka boneka, dompet, tempat tisue, tempat surat dan sebagainya. Wah, rasanya Yuli ingin mencoba semuanya.

Lalu Oma Nani mengeluarkan sebuah kotak. Ada delapan ekor anjing-anjingan dari bahan handuk yang lucu. Ada matanya dari kancing dan lehemya memakai pita.

"Uuhh, lucunya. Oma buat sendiri?" tanya Yuli.

"Ya, kalau lagi sempat Oma kerjakan. Pokoknya apa saja yang berguna Oma kerjakan untuk mengisi waktu. Membuatnya sangat mudah, Io! Mau coba, Yuli?" kata Oma Nani.

Lalu Yuli diajar membuat anjing-anjingan dari handuk. Tangan Yuli sangat terampil dan sebentar saja ia sudah berhasil membuatnya. Hatinya sangat gembira. Oma Nani memujinya.

Kemudian Yuli diajak ke rumah sakit. Oma menghibur Titi, anak tetangga yang dioperasi usus buntu dan juga ketiga anak lain yang tidak dikenalnya, tapi sekamar dengan Titi. Masing-masing dapat hadiah dua ekor anjing dari bahan handuk.

Sudah itu Oma Nani dan Yuli pulang. Yuli merasa seakan-akan sudah kenal Oma Nani lama. Rasanya demikian menyenangkan berbicara dengan Oma Nani. Ramah dan penuh pengertian. Bahkan ia mau besuk anak-anak yang tidak dikenalnya dan memberikan hadiah.

"Setiap hari kita harus bersemangat dan melakukan halhal yang berguna bagi sesama. Baru kita merasa hidup ini berarti. Hari ini Oma Nani bersyukur kepada Tuhan karena boleh menikmati sore yang indah bersama Yuli," kata Oma Nani. "Yuli sudah menolong Oma sehingga ada kawan pergi ke rumah sakit."

Ada perasaan hangat menjalar di hati Yuli. Dia menjadi seorang yang berarti di mata Oma Nani. Bukan sebagai anak yang tak punya prestasi bila dibandingkan dengan kakak dan adiknya.

"Terima kasih, Oma Nani. Bagi Yuli ini juga sore yang indah," kata Yuli, "Apakah Sabtu depan Yuli boleh datang lagi?"

Yuli terdiam sejenak, wajahnya muram, lalu ia meneruskan, "Ya, kalau Ibu mengizinkan. Soalnya Sabtu depan Ibu menyuruh Yuli ikut ke gelanggang olahraga!"

Tiba-tiba saja Yuli sudah menumpahkan semua masalahnya pada Oma Nani. Soal kakak dan adiknya yang berprestasi, soal Yuli yang tidak suka olahraga dan Yuli yang terpaksa ikut ke Sports Club. Padahal Yuli lebih suka menjahit baju boneka di rumah. Tahu-tahu ia sudah menangis tersedu-sedu. Oma Nani mengusap-usap punggungnya dan mendengarkan dengan sabar.

Sesudah tangis Yuli reda, Oma Nani berkata, "Yuli, tidak apa kamu menangis. Oma mengerti perasaanmu. Dulu, waktu masih kecil, adik Oma juga hebat. Dia juara lari. Tapi, Oma  pendiam dan rasanya tidak bisa apa-apa. Akhirnya guru Oma mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi Oma tidak merasa tertekan lagi. Masing-masing menekuni bidangnya sendiri."

Yuli mendengarkan kata-kata Oma Nani. Benar, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Baru kini Yuli menyadari.

"Satu hal lagi, Yuli. Sikap terbuka pada orang tua itu sangat penting. Kadang-kadang orang tua tidak peka menangkap keinginan anaknya. Jadi sebagai anak kita harus berani menyatakannya."

Kemudian Yuli pulang dengan membawa buku prakarya, dua buku anak-anak, dan seekor anjing-anjingan dari bahan handuk.

Bersambung

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.