"Sudah, kok, Bu. Memang ada apa?" tanyaku.
"Ibu dan Ayah akan berbelanja kebutuhan bulanan, jaga adikmu, ya," balas ibuku.
Aku pun mengangguk pelan dan kemudian mengeringkan piringnya dengan mengusapkan piring pada sehelai kain. Setelah piringnya kering, aku menata piring di wadah piring. Kuintip adikku, adikku sedang bermain PS di ruang tengah. Mungkin untuk menghilangkan kejenuhan.
Setelah menata piring, aku menghampiri adikku yang sedang berkutat dengan game stick. Kuperhatikan adikku yang sedang bermain, sesekali aku menyemangati adikku sampai teria-teriak. Waktu pun berlalu. Sudah sekitar tiga jam ayah dan ibu belum sampai di rumah. Aku pun mulai khawatir dengan ayah dan ibu. Adikku pun sejak tadi melirikku dan menghentikan game-nya sebentar.
"Kakak kenapa?" tanya adikku yang bernama Arkha.
"Kakak khawatir dengan Ayah dan Ibu," jawabku cemas.
Setelah bertanya kepadaku, adikku mulai sibuk ber-game ria. Untuk menenangkan hatiku, aku pun menuju lemari es untuk mengambil air putih dingin. Sewaktu aku mengambil gelas, tanpa sengaja aku memecahkannya. Prangg... bunyi pecahan gelas terdengar keras.
Tiba-riba saja feeling-ku merasa tidak enak terhadap Ibu. Ada apa ini sebenarnya? Arkha langsung datang menghampiriku karena kaget. Dengan berbaik hati, Arkha membantuku membersihkan sisa pecahan gelas.
Kemudian, setelah selesai membersihkan pecahan gelas, adikku berusaha menenangkanku dengan memberikan sepotong cokelat. Katanya sih kalau lagi merasa tidak enak, paling pas makan cokelat. Aku pun menerima cokelat dari adikku dan menyantapnya.
Kriing... kriing... tiba-tiba terdengar suara telepon. Aku pun segera mengangkatnya.
"Assalamualaikum, ini dengan siapa?" tanyaku.
"Waalaikum salam, kami dari kepolisian menyatakan bahwa Ibu Fatimah dan Bapak Yunus mengalami kecelakaan. Apakah benar ini dari keluarga korban?" tanya seseorang.