Rahasia Hutan Terlarang

By Putri Puspita, Sabtu, 17 Juni 2017 | 03:41 WIB
Tanpa menyerah, Pangeran mengejar kijang tersebut. Ia tak peduli saat melewati perbatasan daerah terlarang. (Putri Puspita)

Di suatu negeri, hiduplah seorang pangeran yang baik hati. Suatu  hari, ia memohon pada Raja agar diizinkan untuk berburu ke hutan terlarang. Raja tidak mengabulkan permohonan tersebut dengan alasan hutan terlarang adalah tempat yang berbahaya.

“Ayah, aku hanya pergi sebentar. Itu pun ditemani oleh puluhan pengawal,” kata Pangeran tidak menyerah.

“Tidak, anakku. Di hutan itu ada banyak binatang buas. Kamu bisa pergi ke hutan yang lain selain hutan itu,” kata Raja.

“Ayolah Ayah, hanya sebentar. Ini hari ulang tahunku dan hanya hadiah itu yang membuatku bahagia,” bujuk Pangeran pada sang Raja ayahandanya.

Karena khawatir anaknya akan pergi diam-diam ke hutan itu, Raja akhirnya mengabulkan permintaan sang Pangeran. Raja pun memanggil ketua pengawal.

“Bagaimana menurutmu?” kata Raja.

“Semua keputusan ada di tangan baginda Raja,” jawab ketua pengawal.

“Baiklah, antar Pangeran. Tetapi, jangan mendekati daerah terlarang,” kata Raja.

Pangeran pun sangat bahagia mendengar hal tersebut. Ia langsung menyiapkan senjata untuk berburu. Bukan puluhan, tetapi kali ini Raja memerintahkan ratusan pengawal untuk ikut dengan Pangeran. Pangeran tak peduli karena tujuannya hanyalah ingin menguji kemampuannya berkuda dan berburu di hutan. Pada masa itu, seorang pemuda dikatakan sudah dewasa jika ia sudah mampu berburu di hutan untuk bertahan hidup. 

Sesampainya di hutan, Pangeran langsung memasang matanya baik-baik untuk melihat hewan buruan. Hutan ini terkenal terlarang karena ada banyak hewan buas. 

Pangeran begitu sigap saat melihat seekor kijang. Ia pun mengejar dengan kudanya. Kijang itu semakin jauh. Saking cepatnya kuda Pangeran berlari. para pengawal kehilangan jejak Pangeran.

Tanpa menyerah, Pangeran mengejar kijang tersebut. Ia tak peduli saat melewati perbatasan daerah terlarang. Pengawal pun berusaha mencari Pangeran, namun mereka tidak berhasil menemukannya. 

“Bagaimana ini, Raja bisa marah besar pada kita,” kata ketua pengawal kebingungan.

Para pengawal pun memutuskan untuk tetap mencari dan tidak kembali sampai Pangeran ditemukan.

Matahari sudah di atas kepala, harusnya ini waktunya mereka pulang. Raja hanya memberi waktu sampai pukul 12.00. Namun, Pangeran tak kunjung ditemukan, bahkan hingga menjelang sore.

Di istana, Raja mulai khawatir, karena Pangeran dan para pengawal belum pulang.  Ia pun memerintahkan salah seorang pengawal istana untuk menyusul ke hutan.

Saking bersemangatnya mengejar kijang, Pangeran kini memasuki kawasan hutan yang paling dalam. Ia pun tersesat dan tak tahu arah pulang. Namun, pangeran mendengar suara gemericik air dan orang bercakap-cakap. Ia pun turun dari kuda dan mengintip dari semak-semak.

Pangeran begitu kaget karena melihat banyak sekali orang yang sedang bekerja. Mereka sedang mengukir kayu dengan berbagai macam motif. Pangeran mengenali motif ukiran itu. Itu adalah patung-patung kayu ukiran yang dijual oleh kerajaannya ke kerajaan lain. Patung-patung ukiran itu sangat laku dan menghasilkan banyak uang untuk kerajaannya ayahanda sang Pangeran. 

Dalam hati, Pangeran begitu sedih melihat keadaan para pengukir itu. Mereka adalah warga kerajaan ayahandanya juga. Baju mereka compang-camping, anak-anak pun ikut bekerja. Pangeran masih tak mengerti apa yang terjadi pada mereka.

Pangeran pun memberanikan diri mendekati mereka. Para pengukir terkejut melihat Pangeran. Mereka mengenali Pangeran karena ia memakai mahkota dan jubah bergambar lambang kerajaan. Mereka langsung sembah sujud di hadapan Pangeran. Mereka bingung mengapa Pangeran bisa sampai ke tempat itu.

“Kami diharuskan membuat patung ukiran. Kami tidak boleh keluar hutan. Anak-anak pun tidak boleh sekolah supaya ukiran selalu tersedia banyak ada dan bisa dijual oleh istana,” kata salah seorang perempuan dengan mata berkaca-kaca.

Pangeran pun mengerti kenapa ia dan semua orang dilarang masuk ke hutan itu. Bukan karena hewan buas, tetapi karena kerajaan mempekerjaan para ahli ukir dengan sesuka hati. Pangeran sangat kecewa melihat hal ini.

Ia pun menanyakan jalan pulang kepada warga. Hari sudah gelap, tetapi Pangeran akhirnya bisa bertemu para pengawal yang masih setia mencarinya.

“Itu Pangeran!” seru ketua pengawal.

Pangeran tak peduli apa pun yang ditanyakan para pengawal. Ia kembali ke kerajaan dengan kudanya.

“Mengapa Ayah tega memperlakukan mereka seperti itu?” tanya Pangeran setiba di istana.

Raja hanya terdiam setelah tahu puteranya telah bertemu dengan para pengukir kayu. 

“Itu tidak adil!” jawab Pangeran.

“Kalau mereka kita izinkan keluar, kita tidak akan dapat banyak uang. Lagi pula, mereka bisa seenaknya menjual sendiri dan menjadi kaya raya,” kata Raja.

“Bukan seperti ini caranya, Ayah. Kita bisa membuat kesepakatan yang menguntungkan kita semua. Bukan dengan memenjarakan mereka di hutan. Aku sangat sedih kalau uang yang diberikan kepadaku selama ini adalah hasil kerja mereka, tetapi kita begitu tega mengurung mereka,” kata Pangeran.

Raja akhirnya menyadari, kalau ia kurang bijaksana selama ini. Ia lalu memerintahkan ratusan pengawal menjemput seluruh warga di hutan terlarang untuk dibawa ke istana. Di istana, Pangeran memerintahkan agar mereka dilayani sebagai tamu, diberikan tempat tinggal, dan anak-anak disekolahkan.

Warga hutan terlarang sangat bersyukur dengan kebaikan Pangeran. Mereka pun begitu setia mengabdi pada kerajaan tanpa perlu dikurung di hutan terlarang.

Cerita oleh Putri Pusita | Bobo.ID