Yang Terbaik

By Sylvana Toemon, Sabtu, 12 Mei 2018 | 12:00 WIB
Yang terbaik (Sylvana Toemon)

Istrinya hanya diam. Dan Simon segera menyuruh para pelayan mengisi gelas-gelas yang kosong. Ketika musik mulai dimainkan, para undangan pun mulai berdansa. Dan ketika selesai berdansa, mereka kembali haus dan segera menghabiskan minuman air sumur yang tersedia. Simon memandangi mereka dengan puas.

Namun ketika para tamu mulai kelaparan, tak ada hidangan sedikit pun di atas meja. Kecuali air, air dan air. Maka mereka pun mengisi perutnya dengan air itu untuk menghilangkan rasa lapar.

"Mereka nampaknya sudah lapar. Apa tidak ada yang bisa kita suguhkan buat mereka?" tanya istrinya pada Simon.

Simon menggeleng. "Kita telah menyuguhkan yang terbaik," jawabnya. Ketika waktu telah menunjukkan pukul 12.00, para tamu mulai merasakan kantuk, akibat perut mereka yang kembung oleh air sumur.

"Mungkin mereka perlu makan agar tidak mengantuk," saran istrinya.

Simon menggeleng dan segera memerintahkan para pelayan untuk kembali mengisi gelas-gelas yang kosong. Para pelayan kebingungan.

"Tuan, kita telah kehabisan air," ujar mereka.

Simon terkejut. "Cepat pesan air beberapa drum lagi!" serunya. Mungkin karena seruan Simon yang keras, para tamu terjaga. Mereka mengira bahwa hidangan sebentar lagi akan terhidang. Simon berdiri di tengah-tengah mereka.

"Saya tahu kalian menyukai air itu," katanya. "Jangan khawatir. Telah kusuruh para pelayan memesan beberapa drum lagi buat kalian."

Mendengar itu, para tamu bergegas pergi. Mereka merasa lemas, lapar, dan kesal bukan main. Tak ada seorang pun tamu yang tinggal.

"Lihatlah. Ulahmu membuat mereka sangat marah kepada kita!" jerit istri Simon, sambil menangis kesal.

"Apa yang salah pada hidangan yang kusuguhkan?" Simon bertanya, tidak merasa bersalah sedikit pun.

"Hidangan? Yang kau suguhkan itu cuma air, air dan air!" tukas istrinya.

Simon melotot. "Hanya air? Aku telah menyuguhkan yang terbaik buat mereka!" jawabnya. "Aku telah menyuguhkan sesuatu yang lebih baik dari ikan, gula, madu dan minyak. Apakah itu salah?"

Istrinya tidak mejawab. Hatinya semakin kesal, menyesali kebodohan dan kesombongan Simon.

Sumber: Arsip Bobo. Diceritakan kembali dari Simon Boom Giges A Weeding.