"Mama selalu melarang aku memanjat pohon. Tapi, aku ingin sekali. Tia, kamu tunggu di bawah, ya," kata Nana pada Tia.
Mata Tia yang bulat sepertinya melarang Nana untuk memanjat. Tetapi, Nana tidak mempedulikannya. la pun mulai menaiki anak tangga itu satu per satu. Sambil terus menaiki tangga, tangan Nana menggapai-gapai berusaha meraih buah mangga yang berada di atas kepalanya. Tiba-tiba... ada benda-benda yang merayap di betis, lengan dan pipinya.
"Semut-semut besar!" seru Nana lalu sibuk mengusir semut itu. Tetapi, semut-semut itu cukup banyak. Nana jadi kelabakan. la pun kehilangan keseimbangan.
"Aa... hh...."
Bum!! Nana jatuh dari tangga.
Ketika sadar kembali, Nana sudah berada di kamarnya. Mama duduk di tepi tempat tidur sambil mengompres dahinya.
"Jangan banyak bergerak dulu, Na. Tadi Pak Dokter sudah memeriksamu. Katanya, Nana tidak apa-apa.Tapi, harus banyak istirahat," kata Mama lembut.
"Maafkan Nana, Ma!" ucap Nana sedih.
Mama mengangguk sambil tersenyum. "Jangan diulangi lagi, ya!"
Nana mengangguk.
Ketika Mama keluar, Nana melihat Tia ada di sampingnya.
"Lho... Tia. Kau menangis?"