Dahulu kala, ada seorang raja yang ingin bertualang ke tempat-tempat yang berbahaya. Namanya Raja Geomar. Ia mengumpulkan puluhan pelaut hebat dan gagah di kerajaannya, lalu mengajak mereka berlayar. Tempat pertama yang ingin ia kunjungi adalah Pulau Tujuh Kepala.
“Pulau itu sangat berbahaya, Raja! Menurut cerita para pelaut tua, ada monster berkepala tujuh yang menunggui tempat itu!” kata para pelaut yang diundang Raja Geomar.
Namun Raja Geomar tidak percaya pada cerita itu. “Kalau memang ada monster di sana, aku ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri,” kata Raja Geomar. “Lagipula, kalian ini pelaut gagah perkasa. Mengapa takut pada cerita dongeng!”
Para pelaut akhirnya mengikuti keinginan Raja Geomar. Dengan sebuah kapal besar, mereka berangkat menuju ke Pulau Tujuh Kepala. Setelah perjalanan siang dan malam di kapal, sampailah mereka di dekat pulau itu.
Pulau Tujuh Kepala ditutupi pepohonan besar. Di setiap pohonnya, ada seekor singa besar berjaga-jaga.
“Bawa senjata kalian! Lawan singa-singa itu!” perintah Raja Geomar.
Begitu para pelaut turun ke darat, semua singa itu bangkit menyerang mereka. Pelaut-pelaut yang gagah itu melawan sekuat tenaga dengan senjata masing-masing. Mereka akhirnya berhasil mengalahkan singa-singa itu. Namun, banyak juga pelaut yang gugur.
Raja Geomar dan pelaut-pelaut yang selamat, lalu meneruskan perjalanan, masuk ke pulau itu. Mereka melewati hutan, dan sampai di sisi taman yang tampak indah. Ada tiga mata air di tempat itu.
Mata air pertama mengalir bersama berbagai perhiasan dari perak. Mata air kedua, mengalir bersama koin-koin emas. Dan mata air ketiga, bercampur dengan mutiara-mutiara indah. Para pelaut langsung mengisi ransel mereka dengan barang-barang berharga itu.
“Ternyata Baginda Raja benar! Tidak ada monster di sini! Malah banyak harta karun!” seru para pelaut girang. Raja Geomar mengangguk senang dan bangga.
Di tengah taman itu, mereka menemukan sebuah danau besar. Ketika mereka tiba di tepi danau, tiba-tiba terdengar suara dari danau itu,
“Siapakah kalian? Apakah kalian ingin mengunjungi raja kami? Persembahan apa yang kalian bawa?”
Raja Geomar dan para pelaut terkejut dan ketakutan. Mereka belum pernah melihat ada danau yang bisa berbicara. Mereka tidak berani menjawab.
Danau itu lalu bertanya lagi,
“Apa kalian takut? Hati-hati, ada bahaya yang datang kemari! Raja kami, Raja Tujuh Kepala, memiliki tujuh kepala. Sekarang ia sedang tidur. Tapi dalam beberapa menit lagi, ia akan bangun dan datang untuk mandi di danau ini. Kalian tak bisa melarikan diri kalau ia melihat melihat kalian di sini!” ujar Danau.
Raja Geomar dan para pelaut semakin ketakutan.
“Jika ingin selamat, lepaskan jubah dan pakaian kalian. Tebarkan di jalan, mulai dari kastil sampai ke danau ini. Raja sangat suka melayang di atas sesuatu yang lembut. Dia akan senang dan tidak akan melahap kalian. Dia akan memberi kalian beberapa hukuman, tapi kemudian akan membebaskan kalian,” kata Danau itu lagi.
Raja Geomar dan para pelaut seketika melakukan seperti yang disarankan oleh Danau.
Beberapa saat kemudian, tanah mulai berguncang seperti ada gempa. Beberapa pintu besar kastil raja tampak terbuka. Keluarlah dari dalamnya singa, harimau, dan binatang buas lainnya. Jumlah mereka ribuan. Mereka mengikuti raja mereka, Raja Tujuh Kepala. Ternyata, sang raja berbentuk naga berkepala tujuh!
Raja Tujuh Kepala melayang di atas jubah yang ditebarkan untuknya, sampai ke danau.
“Siapa yang menebarkan kain-kain lembut itu di jalan?” tanya Raja Tujuh Kepala.
“Ada beberapa tamu yang datang untuk menghormati Raja. Merekalah yang menebarkan kain-kain lembut itu,” jawab Danau.
“Suruhlah mereka keluar,” perintah Raja Tujuh Kepala.
Raja Geomar dan para pelaut keluar sambil berjalan dengan lutut mereka. Lalu dengan rendah hati, menceritakan perjalanan mereka sampai ke tempat itu.
Usai mereka bercerita, terdengarlah suara menggelegar si ular berkepala tujuh. Ia sangat marah.
“Karena sudah lancang datang ke sini! Kalian akan aku hukum! Setiap tahun, kalian harus membawa dua belas pemuda dan dua belas gadis untuk menjadi santapanku. Kalau tidak, aku akan hancurkan kerajaan kalian!”
Raja Tujuh Kepala lalu menyuruh mereka keluar dari tamannya.
Raja Geomar dan para pelaut lalu kembali ke kapal mereka. Sepanjang perjalanan pulang, hati mereka penuh kecemasan.
(Bersambung)
Teks: Rizki
Dok. Majalah Bobo