“Kalau begitu ihik, rakyat Elalala ihik harus kira habisi ihik!” seru mereka.
Setelah menyelesaikan tugasnya, Dubrak dan Debrok melapor pada Gagabruk.
“Beres, Bos! Sebentar lagi pasti rakyat Ihik dan Elalala bertempur, brak bruk brok! Dan, Dataran Hijau bisa kita kuasai!!” lapor mereka. Gagabruk terbahak-bahak senang.
Perkiraan Dubrak dan Debrok memang benar. Tak lama kemudian,terdengar suara ribut-ribut.
Rakyat Elalala dan Ihik keluar dari perkampungan mereka. Semua menuju ke tengah Dataran Hijau membawa alat-alat perang berupa lumpur dan pelepah pisang.
Pertempuran pun dimulai. Ada yang saling memukul dengan pelepah pisang.
Yang lainnya saling melempar muka lawannya dengan lumpur. Namun, tiba-tiba terdengar seruan yang menggema, “Berhenti!!” Itu suara Pertapa Bijak Dataran Hijau.
Pertempuran berhenti. Semua rakyat Ihik dan Elalala belepotan lumpur.
Wajah mereka juga babak belur terkena sabetan pelepah pisang.
“Bodohnya kalian ini! Mau saja dihasut suku Gubrak! Kalian tahu, ini semua rencana busuk Gugabruk. Ia
ingin menguasai Dataran Hijau!” ujar Pertapa Bijak Dataran Hijau.
Rakyat Elalala dan Ihik langsung ribut seperti tawon. Mereka menyadari kebodohan mereka.