Namun, tiba-tiba, “Seraaangg!!” terdengar teriakan Pertapa Bijak.
Rakyat Ihik dan Elalala yang tadi pura-pura tergeletak, segera berdiri tegap. Yang lainnya keluar
dari persembunyian. Mereka mulai melempar lumpur dan memukuli rakyat Gubrak dengan pelepah pisang. Karena bersatu, rakyat Ihik dan Elalala menjadi kuat. Rakyat Gubrak kewalahan.
“Ampuuun! Ampuuuun! Jangan brak bruk brok kami!!” jerit mereka.
Akan tetapi, rakyat Ihik dan Elalala terus menyerang mereka. Akhirnya Gugabruk dan rakyatnya lari tunggang- langgang. Mereka babak belur dan belepotan lumpur. Mereka tidak berani kembali lagi.
Rakyat Ihik dan Elalala lalu mengangkat Pertapa Bijak menjadi pemimpin mereka. Kini tidak ada lagi
sebutan rakyat Ihik atau rakyat Elalala. Semuanya sama! Rakyat Dataran Hijau!
“Dengan peristiwa ini, terbuktilah kebenaran pepatah bangsa Indonesia yang berbunyi... eeeng, aku agak lupa. Tetapi artinya kira-kira begini... Kalau bersatu, kita kuat! Kalau bercerai,habis kita dibrak-bruk-brokl” begitu pidato Pertapa Bijak.
Rakyat Ihik dan Elalala mengangguk-angguk mengerti. Mereka kagum pada kebijakan Pertapa Bijak.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: V. Elizabeth