Misteri Syamsudin, Tuanku nan Hilang

By Sylvana Toemon, Rabu, 16 Mei 2018 | 13:00 WIB
Misteri Syamsudin, Tuanku nan Hilang (Sylvana Toemon)

“Hahaha.. katanya tidak takut dengan Syamsudin, Tuanku Nan Hilang!” ejek Kak Tino.

“Tadi itu kaget, bukan takut!” Aku berusaha membela diri. “Sudah, sudah.. gak lucu! Nih, lihat kamarku jadi kotor begini. Ayo bereskan! Nyampah, kok, di kamar orang.”

“ Lo, Nina nggak buang sampah di kamar Kak Dino, kok!”

“Aku juga,” timpal Kak Tino sambil mengamati sampah-sampah di kamarku. “Lo, ini kan bungkus coklat yang kamu bawa masuk ke Lubang Jepang.” Katanya sambil mengambil bungkus coklat itu.

Aku memeriksa bungkus coklat itu. Betul juga, itu coklat oleh-oleh tanteku dari Australia, tidak dijual di sembarang tempat. Aku memakan coklat itu di Lubang Jepang.

“Terus ini, kan, kotak susu moka Kak Dino waktu di Bukittinggi. Lihat, ini coretan Nina tadi pagi.” Nina mengulurkan kotak susu moka kosong yang ada coretan Nina.

Aku tertawa kecil. “Wah...kalian ini niat sekali menjahili aku. Sampai mengumpulkan semua sampahku!”

“Tentu saja tidak. Kami, kan, tidak ikut masuk Lubang Jepang. Kamu masuk sendirian tadi. Dari mana kami bisa mendapatkan bungkus cokelat itu?” sahut Kak Tino dengan wajah sama bingungnya.

Aku terdiam. Kalau bukan mereka, siapa dong yang memunguti dan mengembalikan sampah-sampah itu kepadaku? Di kejauhan terdengar bunyi talempong ditabuh. Kutatap tangan Kak Tino dan Nina, tangan mereka sama sekali tidak berada di dekat talempong kecil itu. Samar-samar tercium bau kemenyan putih.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pradikha Bestari.