Kado untuk Ayah

By Sylvana Toemon, Jumat, 20 April 2018 | 10:00 WIB
Kado untuk Ayah (Sylvana Toemon)

“Apakah kamu menceritakan niatmu kepada ibumu?” tanya Alina.

“Tentu saja. Ibu senang sekali waktu aku ceritakan mau memberi kado untuk Ayah. Tetapi ia malah menegurku waktu aku mau membeli baju yang berharga mahal itu. Ibu tidak mau memberikan aku tambahan uang,” cerita Lila.

Keluarga Lila adalah keluarga yang sederhana. Ayah Lila bekerja sebagai PNS di kelurahan tempat mereka tinggal. Ibu Lila membuat kue-kue sesuai pesanan. Kedua orang tua Lila harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Lila masih memiliki 2 orang adik yang masih kecil.

“Teng… Teng… Teng…,” terdengar bunyi bel masuk.

Alina dan Lila segera berjalan ke kelas mereka. Lila berjalan dengan langkah gontai. Dalam pikirannya, bergema suara ibunya.

“Lila, Ibu senang sekali kamu ingin memberikan kado untuk Ayah. Maaf, Ibu tidak bisa memberikan uang sebanyak itu untukmu. Apalagi hanya untuk selembar pakaian. Lebih baik uangnya untuk membeli makanan kita. Hmmm… Ayahmu, kan, setiap hari mengenakan seragam. Jadi tidak perlu baju baru yang mahal,” kata Ibu.

“O iya, Ayah setiap hari mengenakan pakaian seragam ke kantor,” gumam Lila.

Alina sempat bingung mendengar gumaman temannya. Tak lama kemudian Alina sudah mengerti apa yang dimaksud oleh temannya itu. Dalam sekejap, Alina mendapat akal.

“Lila, bagaimana kalau kamu buat sendiri kadonya?” saran Alina.

“Buat sendiri?” tanya Lila sambil menghentikan langkahnya.

“Iya. Kamu, kan, pintar melukis. Berikan lukisanmu kepada ayahmu. Pasti ia senang,” usul Alina.

“Wah, tidak terpikirkan olehku. Aku akan melukis potret diri kami. Aku akan melukis aku dan ayahku sedang berjalan-jalan. Pasti Ayah senang!” teriak Lila.