Misteri Katak Hijau Kecil (Bag. 2)

By Vanda Parengkuan, Kamis, 5 April 2018 | 08:00 WIB
Misteri Katak Hijau Kecil (Bag. 1) (Vanda Parengkuan)

Pangeran Saphir juga kecewa mendengar kabar kegagalan para prajurid istana. Ia 2juga sedih karena ayahnya sakit lagi. Maka Pangeran Saphir lalu memutuskan untuk mencari burung itu sendirian.   

Ayahnya melarang Pangeran Saphir pergi. Begitu juga dengan penasihat kerajaan. Namun Pangeran Saphir telah bertekad untuk menemukan burung itu. Ia akan pergi ke tempat yang tidak didatangi oleh para prajurid dan rakyat kerajaan. Ia akan pergi ke tempat-tempat yang disukai bangsa burung.

Pangeran Saphir lalu pergi ke hutan tempat burung biasa berkumpul. Ia mencari di semua pohon dan semak belukar. Ia juga bertanya pada warga yang tinggal di tepi hutan. Namun tak ada yang pernah melihat burung bermata indah itu.

Pangeran Saphir tidak putus ada. Ia terus mencari sampai ke hutan yang paling dalam. Di dalam hutan itu, tumbuh pohon-pohon arah yang sangat tinggi. Dahan-dahannya sangat lebar sehingga membentuk bayangan gelap di bawah pohon. Akan tetapi, di bawah pohon itu, tumbuh rumput yang sangat lembut dan bunga-bunga langka. 

“Burung-burung pasti suka tinggal di tempat seperti ini,” gumam Pangeran Saphir.

Setelah itu, Pangeran Saphir kembali ke istana ayahnya. Ia memesan beberapa jaring yang dicat dengan warna yang sama dengan bulu burung indah itu.

“Kita semua mudah mendekat ke benda apapun yang mirip diri kita sendiri,” begitu pikir Pangeran Saphir.

Setelah semua jaring selesai, ia kembali ke hutan pohon aras dengan membawa para pemburu ahli dan pengawal istana yang ahli menangkap burung.

Seharian penuh mereka mencari burung itu. Pangeran Saphir sampai mulai merasa kehausan. Ia juga terlalu lelah untuk melangkah lebih jauh lagi. Jadi, betapa girang hatinya ketika menemukan sebuah kolam mata air yang jernih.

Sebagai petualang yang berpengalaman, ia membawa sebuah cangkir di tasnya. Cangkir itu indah terbuat dari emas. Pangeran Saphir baru saja mencelupkan cangkir emasnya ke dalam air, ketika seekor katak hijau kecil yang indah melompat ke dalam cangkirnya.  

Pangeran Saphir samasekali tidak memerhatikan kecantikan katak itu. Ia malah mengguncang cangkirnya dengan tidak sabar, agar si katak terjatuh. Namun, secepat kilat katak itu melompat kembali ke dalam cangkir emas. Pangeran Saphir yang sedang haus, jadi tidak sabar.

Ia mengangkat katak itu dan akan melemparkannya jauh-jauh. Namun, makhluk kecil itu menatapnya dengan mata indahnya, dan berkata,

“Pangeran, aku adalah teman burung bermata berlian yang kau cari. Sekarang, minumlah agar rasa hausmu hilang. Setelah itu, dengarkan nasihatku…”

Pangeran Saphir buru-buru mengambil air dan meminumnya sampai puas. Setelah itu, ia duduk bersandar di pohon untuk beristirahat.

“Sekarang,” kata katak itu sambil berdiri di atas batu kolam, “Lakukanlah persis seperti pesanku. Pertama-tama, suruhlah semua pemburu dan pengawalmu untuk tinggal di desa tepi hutan ini sekarang juga. Kau harus pergi sendiri mencari burung itu. Lewatilah jalan di sebelah kanan itu. Susurilah sepanjang jalan yang ditumbuhi  pohon aras itu. Di ujung jalan, kau akan menemukan sebuah istana megah.”

Di dekat katak hijau itu, tiba-tiba muncul sebuah kantung hijau kecil. Ia lalu memberikan kantung kecil itu pada Pangeran Saphir.  

“Perhatikan perintahku! Tuanglah pasir ajaib di dalam kantung ini ke atas tanah di dekat gerbang kastil. Gerbang kastil akan terbuka dan semua penghuninya akan tidur. Segera pergi ke kandang kuda dan pilih kuda yang paling gagah. Jangan lakukan hal lain. Langsung lompat ke punggung kuda dan segera kembali padaku secepat mungkin. Selamat tinggal, Pangeran! Semoga kau beruntung!” kata katak kecil, lalu melompat ke kolam mata air, dan menghilang.  

Pangeran Saphir kembali bersemangat mendengar kata-kata katak hijau kecil itu. Kini ia punya harapan untuk menyembuhkan ayahnya. Ia langsung menyuruh semua pemburu dan pengawal yang menyertainya untuk menunggunya di desa tepi hutan.

Pangeran Saphir lalu berjalan sendiri menyusuri jalan panjang yang ditumbuhi pohon aras. Beberapa waktu kemudian, ia tiba di depan gerbang kastil yang sangat indah. Bangunan itu terbuat dari kristal dan hiasannya dari emas.  

Pangeran Saphir segera melakukan seperti yang diperintahkan katak kecil. Ia menuang butiran pasir dari kantong kecil ke atas tanah di depan gerbang. Dalam sekejap, gerbang terbuka. Terdengar suara batuk-batuk dari dalam kastil, lalu hening. Rupanya semua penghuni kastil sudah tertidur.

Pangeran Saphir langsung pergi ke kandang kuda. Ia berhasil menemukan kuda paling gagah di kandang itu. Ketika akan naik ke punggung kuda, tiba-tiba matanya melihat pelana yang berlapis bahan indah. Karena sudah mencuri kuda, Pangeran Saphir berpikir tak ada salahnya mengambil pelana juga.

Dengan tergesa, ia meletakkan pelana indah itu di punggung kuda. Namun… tiba-tiba penghuni kastil terbangun. Mereka bergegas ke kandang kuda dan menangkap Pangeran Saphir. Pangeran yang malang itu diseret menghadap ke depan tuan mereka, bangsawan pemilik kastil itu.

Untunglah, peri-peri pelindung Pangeran Saphir bisa melembutkan hati si bangsawan. Ia membiarkan Pangeran Saphir pergi tanpa bertanya.

Dengan malu dan kecewa, Pangeran Saphir kembali ke mata air tadi. Si katak hijau kecil menunggunya dengan wajah marah.

"Kamu kira, aku hanya bercanda memberimu pesan yang aneh? Kenapa kamu tega melanggar perintahku?” omel katak hijau kecil itu.

Pangeran Saphir meminta maaf dengan rendah hati. Wajahnya murung penuh rasa bersalah. Katak itu jadi tidak tega dan tidak marah lagi. Ia lalu memberikan sebuah kantung kecil lagi pada Pangeran Saphir.

“Ini sekantung butiran emas. Lakukan seperti yang kau lakukan pada sekantung pasir tadi. Kali ini, bukan ke kandang kuda. Tapi masuklah langsung ke kastil itu. Berjalanlah secepat mungkin sampai ke sebuah ruangan yang harum. Di sana ada seorang gadis cantik tertidur di ranjang. Bangunkan dia dan langsung bawa dia pergi. Ingat! Jangan lakukan hal lain!” perintah si katak kecil.

Pangeran Saphir mengangguk patuh. Ia pergi dan melakukan semua yang diperintahkan katak hijau kecil.

Pintu gerbang kastil itu terbuka, penghuninya tertidur lelap. Pangeran Saphir melangkah cepat di lorong kastil dan menemukan ruangan yang harum. Di dalamnya ia menemukan si gadis yang tertidur. Ia membangunkan gadis itu dan membujuknya untuk ikut pergi dengannya.

Si gadis setuju untuk ikut, namun ia ingin berganti pakaian dulu. Pangeran Saphir berpikir sejenak. Rasanya aneh kalau ia menolak permintaan gadis itu. Tentu tak ada salahnya berganti pakaian.

Akan tetapi, begitu tangan gadis itu menyentuh gaun di lemari, seketika semua penghuni kastil terbangun.

Pangeran Saphir kembali ditangkap dan dibawa ke depan sang bangawan pemilik kastil. Pangeran Saphir merasa sangat bodoh karena melakukan dua kali kesalahan. Untunglah, peri-peri pelindungnya kembali menolongnya. Peri-peri itu lagi-lagi membuat hati si bangsawan menjadi lembut, dan dan membiarkan Pangeran Saphir pergi.

Akan tetapi, Pangeran Saphir sangat malu saat bertemu si katak kecil lagi. Ia pasrah jika harus dimarahi lagi. Dan katak hijau kecil itu memang memarahinya lagi. Pangeran Saphir beralasan, ia sulit menolak permintaan gadis yang ingin ganti baju. Si katak kecil tetap memarahinya,  

"Pangeran, kau harus belajar melakukan apa yang diperintahkan. Hanya itu yang kuminta!”

Pangeran Saphir mengangguk, memohon ampun dengan rendah hati. 

 

(Bersambung)

Teks: Adaptasi Dongeng Eropa / Dok. Majalah Bobo