Gunung Kaca

By Vanda Parengkuan, Sabtu, 5 Mei 2018 | 04:00 WIB
Gunung Kaca (Vanda Parengkuan)

Hewan yang gagah itu terdiam sebentar, berusaha menjaga keseimbangannya. Namun beberapa waktu kemudian, kaki belakangnya tergelincir. Kuda dan pangeran berbaju zirah emas itu akhirnya terjatuh bersama ke sisi gunung yang curam. Pangeran itu tergeletak di dasar gunung di dalam baju zirah emasnya.

Sekarang, tinggal satu hari lagi sebelum penutupan tahun ketujuh Putri Danika dikurung.

Hari itu, datanglah seorang pemuda biasa bernama Mikolai. Ia periang, bertubuh kuat, dan terbiasa bekerja keras. Mikolai melihat betapa banyak pemuda yang bergelimpangan jatuh ke dasar gunung emas. Namun  itu tidak membuat hatinya takut untuk mendaki Gunung Emas.  

Sudah lama Mikolai mendengar cerita dari orang tuanya tentang Putri Danika yang terkurung di menara kastil Gunung Emas. Ia pun bertekad hari itu untuk membebaskan sang putri.

Sebelum datang ke gunung itu, Mikolai pergi ke hutan. Ia bermaksud berburu singa untuk mendapatkan cakarnya. Namun ia malah menemukan seekor lynx yang tergeletak mati karena ditembak pemburu. Lynx  itu memiliki cakar yang panjang dan tajam.

Mikolai lalu memotong kuku-kuku lynx yang tajam itu, dan mengikatnya ke tangan dan kakinya sendiri.  Dengan cakar-cakar lynx itu, ia lalu dengan berani mulai mendaki Gunung Kaca.

Matahari hampir terbenam, namun ia belum mencapai setengah jalan menuju puncak Gunung Kaca. Ia hampir tak bisa menarik napas karena sangat lelah. Mulutnya kering karena haus.

Awan hitam besar melintas di atas kepalanya, tetapi sia-sia dia memohon agar awan itu mau meneteskan air ke atasnya. Mikolai membuka mulutnya, tetapi awan hitam itu bergerak melewatinya dan tidak setetes pun embun dijatuhkan untuk membasahi bibirnya yang kering.

Kaki Mikolai mulai luka dan berdarah. Kini ia bertahan dengan tangannya. Malam pun tiba dan dia menajamkan penglihatannya untuk melihat puncak gunung. Mikolai lalu menatap ke bawah. Ia mulai ngeri karena yang tampak hanyalah jurang gelap. Namun ia menguatkan hatinya. Mikolai tetap mendaki dengan hati-hati.

Malam semakin larut. Bulan dan bintang menghiasi angkasa. Pantulannya juga menghiasi Gunung Kaca. Suasana tampak indah dan seram.

Mikolai yang malang masih menempel di permukaan Gunung Kaca, seolah terpaku di situ. Tangannya sudah lelah. Ia tidak berusaha untuk mendaki lebih tinggi lagi. Semua kekuatannya telah lenyap. Mikolai bermaksud mengumpulkan kekuatannya lagi.

Beberapa saat kemudian, ia tertidur karena lelah. Meski tertidur, cakar tajamnya tetap tertancap dalam di Gunung Kaca, sehingga ia tidak terjatuh. Sementara itu, di puncak Gunung Kaca, tampak pohon apel emas yang masih dijaga oleh elang. Elang itulah yang tadi berhasil menggulingkan pangeran berbaju zirah emas serta kudanya.