Nginga Ngengat Pindah Rumah

By , Kamis, 24 Mei 2018 | 11:45 WIB
Ilustrasi: Ahmad Pramono (Dok. Majalah Bobo )

Ngengat adalah serangga yang suka tinggal di mantel tua, selimut wol, atau apapun yang hangat dan nyaman. Ibu ngengat biasanya bertelur di barang-barang seperti itu, dan itulah juga yang dilakukan ibu Nginga.

Ibu Nginga memilih sehelai mantel tua milik ayah Tia sebagai tempat bertelur. Setelah telur menetas, ibu Nginga membesarkan Nginga di situ. Nginga dan ibunya hidup berbahagia di tempat hangat itu. Mantel itu juga menjadi sumber makanan bagi Nginga. Itu sebabnya, mantel itu berlubang besar di sana sini.

Suatu hari, Tia dan mamanya membereskan lemari pakaian mereka. Mama Tia menemukan mantel tua itu.

“Wah, mantel Papa ini masih bagus. Sudah lama sekali tidak dipakai,” kata mama Tia sambil mengeluarkan mantel itu dari lemari.

Nginga merasa terganggu karena tubuhnya jadi terguncang-guncang. Ketika mantel itu dibuka lebar, mata Tia dan mamanya terbelalak kaget.

“Ya ampun, Maaa… Lubangnya banyak sekali!” seru Tia. “Astaga, mantel ini dimakan ngengat. Tidak ada gunanya disimpan lagi. Papa tidak bisa memakainya lagi. Harus Mama buang…” kata mama Tia kecewa.

Nginga terkejut mendengar ucapan mama Tia. “Aneh! Buat apa membuat mantel yang masih bisa dipakai? Mantel ini kan masih berguna untuk aku…”

Nginga betul-betul tidak mengerti. Mengapa ayah Tia tidak bisa memakai mantel itu lagi? Kan, hanya ada beberapa lubang kecil. Mengapa sehelai mantel menjadi tidak berguna hanya karena berlubang-lubang?

Tak lama kemudian, mama Tia memasukkan mantel tua itu ke dalam kantong plastik. Ia lalu membawanya ke depan rumah, dan meletakkannya di atas tutup tempat sampah besar. Nginga terbang berputar-putar di sekitar tempat sampah.

“Oh, kenapa rumahku dibuang ke tempat sampah…” keluhnya sedih. Tak lama kemudian, lewatlah seorang pengemis. Ia melihat kantong plastik di atas tutup tempat sampah. Pengemis itu mengintip isi kantong plastik.

“Wah, mantel…” gumamnya girang. Akan tetapi, pengemis itu ragu kalau mantel itu dibuang. Maka, ketika ia melihat mama Tia keluar rumah, ia langsung menyapanya.

“Maaf, Bu… Apa mantel ini sudah dibuang? Boleh saya ambil?” tanyanya ragu. Mama Tia langsung menganguk.