Perpaduan Budaya Tionghoa dan Jawa, Inilah Kisah si Lumpia Semarang

By Yomi Hanna, Minggu, 10 Juni 2018 | 11:00 WIB
Lumpia Semarang (Creative Commons)

Cerita Cinta di Balik Lumpia

Semua bermula dari saat Tjoa Thay Joe yang lahir di Fujian memutuskan untuk tinggal dan menetap di Semarang dengan membuka bisnis makanan khas Tiong hoa.

Tjoa Thay Joe kemudian bertemu dengan Mbak Wasih, orang asli Jawa yang juga berjualan makanan yang rasanya manis, berisi kentang, dan juga udang.

Seiring bejalan waktu, mereka saling jatuh cinta dan kemudian menikah.

Bisnis yang dijalankan pun akhirnya menjadi satu dengan perubahan yang melengkapi kesempurnaan rasa makanan lintas budaya Tiong Hoa – Jawa.

Isi dari kulit lumpia dirubah menjadi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung serta dibungkus dengan kulit lumpia.

BACA JUGA : Sekilas Terlihat Mirip, Inilah Perbedaan Pastel dan Panada

Dipasarkan di Olympia Park

Jajanan ini biasanya dipasarkan di Olympia Park, pasar malam Belanda tempat biasa mereka berjualan berdua.

Oleh karena itu makanan ini dikenal dengan nama "lumpia".

Keunggulannya adalah udang dan telurnya yang tidak amis, rebungnya juga manis, serta kulit lumia yang renyah jika digoreng.

Usahanya makin besar, hingga dapat diteruskan oleh anak anaknya dan keturunan selanjutnya sampai sekarang.

BACA JUGA : Kue Rangi, Camilan Manis dari Betawi

Lihat video ini juga, yuk!

 (Teks : Putri Puspita)