Semangkuk Tekwan di Tengah Hujan untuk Laras dan Bapak

By Putri Puspita, Rabu, 13 Juni 2018 | 17:00 WIB
Semangkuk Tekwan (Putri Puspita)

“Ras, ayo kita jalan,” kata Bapak yang sudah menunggu di depan rumah. Laras bergegas memakai sandal dan mengangkat tas bawaannya.

Laras mengikuti langkah Bapaknya. Saat itu, beberapa kali suara gemuruh langit terdengar.

“Pak, ayo kita lebih cepat.” Laras ketakutan akan suara-suara langit yang keras.

Bapak hanya tersenyum. “Nanti kamu lelah, buka puasanya masih beberapa jam lagi.”

“Tapi apa kita tidak kehujanan nanti, Pak? Laras tahan, kok, walaupun lelah, daripada kehujanan. Nanti dagangan kita jadi basah,” kata Laras bersemangat.

Bapak mengangguk dan mengikuti langkah Laras yang semakin cepat.

Laras dan Bapak menyusun tempat berjualan. Tenda kecil sudah terpasang, tinggal menata kursi yang jadi tugas Laras. Bapak mempersiapkan bahan-bahan untuk berjualan.

“Pak, mau tekwan satu,” kata seseorang yang menghampiri mereka.

“Wah, boleh tunggu sebentar, Mas? Baru saja bersiap-siapa ini,” kata Bapak tersenyum ramah.

“Tidak apa, buka puasa masih lama. Dibungkus, ya,” katanya.

“Silakan duduk, Mas,” kata Laras ramah pada pembeli.

BACA JUGA: Kisah Mesin Jahit Tua