Dongeng Anak: Keledai Bertelinga Panjang

By Sepdian Anindyajati, Rabu, 24 Oktober 2018 | 17:49 WIB
Keledai Bertelinga Panjang (Dok. Majalah Bobo/dhian)

Pak Pedi sangat bingung. Ia berpikir sejenak, dan akhirnya mendapat ide. Ia membuka barang dagangannya di punggung Elka dan mencari sesuatu. Akhirnya, Pak Pedi menemukan sebuah alat pahat.

Baca Juga : Nenek Penjual Bunga

Ia lalu mulai bekerja. Pak Pedi memahat dua cekukan alur di langit-langit terowongan batu itu. Ia bermaksud membuat dua alur itu di sepanjang terowongan, sampai ke ujung satunya. Kedua alur itu kira-kira cukup untuk dilewati kedua telinga Elka. Kedua alur itu akan jadi seperti rel buat telinga Elka.

Belum lama Pak Pedi bekerja, tiba-tiba datanglah seorang polisi.

“Maaf, Pak Pedi! Bapak tidak boleh sembarangan memahat terowongan! Ini pelanggaran hukum, karena Bapak merusak sarana kepentingan umum!” kata Pak Polisi.

Pak Pedi sangat bingung dituduh melanggar hukum.

“Elka, keledaiku, tidak bisa lewat di bawah terowongan ini. Telinganya terlalu panjang. Saya cuma membuat dua alur di langit-langit terowongan. Supaya telinganya bisa lewat,” jelas Pak Pedi.

Pak Polisi melepas topinya dan menggaruk kepalanya karena bingung. Ia berpikir, apa yang harus dilakukannya untuk membantu Pak Pedi. Akhirnya, ia mendapat ide.

Baca Juga : Geri Jerapah dan Mici Tikus

“Pak Pedi, apakah Bapak punya sekop? Kalau punya, lebih baik Bapak menggali tanah di sepanjang terowongan ini. Ketebalan galiannya secukupnya saja. Supaya ada ceruk sampai di ujung terowongan. Jadi, Elka bisa lewat tanpa harus menekuk telinganya!” saran Pak Polisi.

Sayangnya, pemikiran Pak Pedi betul-betul sederhana. Ia malah cemberut dan menggerutu,

“Kenapa aku harus menggali tanah untuk membuat ceruk? Apa Pak Polisi tidak lihat? Yang panjang itu telinga Elka, bukan kakinya!”

Pak Polisi tak mau membuang waktu. Ia tak peduli apa yang dipikirkan Pak Pedi. Pak Polisi segera menggali ceruk tipis di tanah di sepanjang terowongan. Pak Pedi terpaksa membantunya.

Beberapa saat kemudian, pekerjaan mereka selesai. Kini tampak ada parit tipis di sepanjang terowongan. Elka pun bisa lewat di terowongan itu dengan membawa barang dagangan. Telinganya tetap berdiri tegak tanpa menyentuh langit-langit terowongan.

Baca Juga : Perjalanan ke Tanah Mawar

Walaupun begitu, Pak Pedi tetap tidak mengerti. Mengapa Elka telinga Elka bisa muat tanpa menyentuh langit-langit terowongan. Padahal yang digali adalah tanah, bukan langit-langit terowongan.

Sumber: Arsip Bobo.