Bobo.id - Ketika sedang sakit, maka teman-teman akan pergi ke dokter untuk diperiksa dan mendapatkan resep untuk obat yang bisa kita dapatkan di apotek.
Apakah teman-teman pernah melihat tulisan dokter yang ada di kertas resep obat yang ktia dapatkan?
Nah, coba teman-teman baca tulisan yang ada dalam kertas resep tersebut. Apakah teman-teman bisa membaca tulisannya?
Pasti teman-teman akan kesulitan membaca tulisan dokter yang tertulis di kertas resep yang diberikan, bahkan kadang terlihat hanya seperti coretan saja.
Baca Juga : Klasik vs Rock, Mana yang Lebih Baik jadi Musik Pengantar Tidur?
Tapi saat kita membawa kertas resep itu, apoteker yang ada di apotek tempat kita mendapatkan obat bisa membaca tulisan dokter dan memberikan obat yang tepat.
Apakah ada alasan khusus yang menyebabkan seorang dokter mempunyai tulisan tangan yang tidak bisa dibaca?
Atau mungkin tulisan tangan yang tidak bisa dibaca ini ada hubungannya dengan peraturan dalam dunia kedokteran?
Waktu Menulis yang Singkat
Alasan tulisan tangan dokter yang sulit dibaca ternyata tidak ada kaitannya dengan peraturan khusus dalam dunia kedokteran, lo, teman-teman.
Tulisan dalam resep yang diberikan dokter menjadi sulit dibaca karena dokter harus menulis semua informasi pasien yang ditanganinya dalam waktu cepat.
Dokter harus menuliskan riwayat kesehatan lengkap dari setiap pasien yang ditanganinya secara cepat.
Hal ini membuat dokter tidak mempunyai banyak waktu untuk menulis dengan tulisan yang bagus seperti tulisan teman-teman.
Tulisan Tangan yang Memburuk
Baca Juga : Arti Warna-warni Penjepit Roti Tawar, Apa Kamu Pernah Perhatikan?
Nah, jika pasien yang ditangani dokter dalam sehari jumlahnya banyak, pasti akan sangat melelahkan bagi para dokter untuk menuliskan resep untuk obat, teman-teman.
Bahkan kebanyakan tulisan tangan dokter semakin memburuk karena otot-otot kecil di tangan terlalu banyak bekerja sehingga semakin sulit untuk menulis dengan jelas.
Setiap melakukan pemeriksaan pada pasiennya, dokter harus mendengarkan dengan rinci keluhan pasiennya, tapi juga harus bekerja dengan cepat untuk menangani pasien lainnya.
Inilah yang membuat dokter tidak sempat menulis resep obat dengan tulisan yang rapi, karena mereka lebih mementingkan semua informasi mengenai pasiennya tertulis dengan lengkap.
Apoteker Bisa Membaca Tulisan Dokter
Meskipun kita tidak bisa membaca tulisan tangan dokter dalam resep yang diberikannya, saat kita memberikannya ke apoteker untuk menebus obat, mereka bisa membacanya dengan baik dan memberikan obat yang kita perlukan.
Yap, dokter akan bisa mengetahui dengan baik apa yang dimaksudkan oleh dokter dalam resep yang dituliskan.
Ini disebabkan karena dalam resep yang dituliskan dokter banyak istilah medis atau kedokteran yang tidak kita pahami, teman-teman.
Sehingga akan semakin sulit untuk kita memahami tulisan tangan dokter.
Baca Juga : Sering Dianggap Sama, Apa Bedanya Pintar dan Cerdas? #AkuBacaAkuTahu
Tapi apoteker yang juga sudah paham akan istilah medis akan dengan mudah mengetahui yang dimaksudkan dokter, misalnya tulisan "QD" yang merupakan singkatan dalam bahasa Latin yang artinya "satu hari".
Walaupun apoteker bisa mengerti apa yang dimaksudkan dokter dalam resp yang ditulisnya, tapi dokter harus tetap berhati-hati dalam menuliskan resep, lo.
Contohnya adalah dokter dianjurkan untuk menulis dosisobat dengan "miligram" atau "mikrogram", bukannya dalam singkatan "mg" dan "mcg".
Kesalahan Penulisan Bisa Berbahaya
Alasan dokter tetap harus berhati-hati dalam menuliskan resep adalah agar tidak ada kesalahan pemberian obat, teman-teman.
Banyak istilah medis atau nama obat yang mirip satu sama lain, padahal punya efek yang berbeda bagi penyakit yang berbeda juga.
Pada tahun 2006, bahkan dilaporkan bahwa ada lebih dari 7.000 orang menerima obat yang salah karena tulisan tangan di resep obat tidak dapat terbaca.
Baca Juga : Kisah Perempuan Hebat Pengubah Dunia, Ada di Majalah Bobo Edisi 48!
Hal ini tentu sangat berbahaya bagi para pasien yang menerima resep obat, karena mendapat obat yang salah.
Nah, inilah sebabnya sekarang para dokter disarankan untuk membuat resep dokter secara elektronik untuk mengurangi kesalahan pembacaan resep obat.
Memang belum ada penelitian yang menunjukkan kalau hal ini bisa mengurangi jumlah orang yang menerima obat yang salah, tapi para dokter menganggap hal ini lebih baik dibandingkan memberikan resep obat dengan tulisan tangan, lo.
Source | : | Kompas.com,Reader's Digest |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR