Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini, ya?
Cerpen anak hari ini berjudul Hilang di Jam Gadang.
Yuk, langsung saja kita baca cerpen anak hari ini!
--------------------------------------------
Baca Juga : Cerpen Anak: Kembali ke Zaman Dulu
Mita baru datang dari Surabaya. Langsung kuajak ke Jam Gadang. Setiap sore, taman ini ramai dikunjungi orang. Walau begitu, taman ini bersih. Ada tong sampah di setiap sudut taman itu.
Di sini, banyak penjaja makanan. Aku suka sekali membeli pensi. Kerang kecil yang diambil dari danau Maninjau itu sungguh menggoda selera. Bumbunya meresap ke daging kerang. Makan pensi mirip makan kuaci. Kulitnya harus dikumpulkan dan dimasukkan ke tempat sampah.
Baca Juga : Wah, Ternyata Ini 7 Hal yang Membuat Kucing Pergi dari Rumah
“Pensinya pedas.” Mita menyerah. Ia tidak kuat makan pensi.
Aku terkikik geli. Wajah Mita lucu kalau kepedasan. Mita mengambil air minum dan meneguk beberapa kali.
Baca Juga : Lembah Indah Jigokudani Disebut Pintu Gerbang Neraka, Kenapa, ya?
Mita mendekati pagar Jam Gadang. Melihat ke puncaknya yang dihiasi atap rumah gonjong khas Minangkabau. Jam Gadang yang tinggi ini adalah bangunan kuno.
Dibangun sejak zaman penjajahan Belanda dulu. Semua angka di jam memakai huruf romawi. Namun angka empat bukan di tulis IV, melainkan IIII. Jam ini berdentang setiap jam dan terdengar dari jauh.
Baca Juga : Ternyata, Ada 4 Manfaat Menakjubkan di Balik Pedasnya Rasa Sambal!
“Na, kita naik, yuk?” Ajak Mita.
“Aku takut ketinggian,” jawabku jujur.
Mita terbelalak, lalu terbahak-bahak. “Masa orang Bukittinggi takut ketinggian? Kan, kamu tinggal di daerah tinggi.”
Baca Juga : Wah, Ada 50 Miliar Planet Tanpa Bintang Induk di Galaksi Bimasakti!
Aku cemberut.
“Aku naik sendiri, kamu tunggu di sini, ya.” Mita berlari tanpa sempat kucegah.
Huff… Aku bosan menunggu. Namun tak mungkin aku membiarkan Mita sendirian. Ia belum kenal daerah ini. Aku menunggu sambil memotret.
Ada banyak bendi berjejer, siap mengajak wisatawan keliling kota. Bendi itu sejenis andong, kereta yang ditarik kuda. Aku potret sebuah bendi dengan kuda putihnya. Ada hiasan wol berwarna merah di kepala kuda bendi. Semua kuda jadi terlihat cantik.
Baca Juga : Apakah Kucing Sphynx Benar-Benar Tidak Punya Bulu? Kenalan, yuk!
Sudah cukup lama. Kulihat puncak Jam Gadang. Mita sedang asyik memotret.
“Ayo, turuuun….,” teriakku.
Mita tak mendengar teriakanku. Taman ini berdekatan dengan pasar Atas. Sangat riuh dan banyak suara. Mana bisa suaraku bersaing dengan pengeras suara.
Baca Juga : Wah, 2.700 Tahun Lalu Ada Badai Dahsyat Matahari Menghantam Bumi
Kupastikan Mita masih si atas. Lalu aku berjalan menyusuri jalan Minangkabau. Aku mau membeli souvenir buat Mita. Mungkin Mita suka miniatur Rumah Gadang untuk dibawa ke Surabaya.
Ada kaos warna- warni. Mita pasti suka. Kubeli satu. Juga ada gantungan kunci jam gadang. Setelah puas berbelanja, aku kembali ke Jam Gadang.
Tak ada Mita di atas. Mungkin ia sedang turun. Aku menunggu. Sudah lama, tetapi Mita tak muncul-muncul. Jantungku berdegup kencang. Ke mana Mita? Aku menyesal tidak membawa HP.
Baca Juga : Permainan Tradisional atau Gadget, Mana yang Lebih Baik? #AkuBacaAkuTahu
Aku bingung. Kuhampiri Pak Satpam di sana.
“Pak, lihat Mita? Baju pink, celana hitam, pakai kawat gigi, yang tadi naik ke atas?”
“Oo… Gadis itu sudah turun dari tadi.”
Baca Juga : Meski Terbuat dari Limbah, Oncom Juga Bergizi, lo! Tertarik Mencoba?
Ke mana Mita? Kukelilingi seluruh taman. Mita tak ada. Aku pucat pasi. Tante Vina pasti marah aku sudah menghilangkan anaknya. Aku mulai menangis.
“Pak, tolong panggil Mita pakai pengeras suara, ya. Nina menunggu di Jam Gadang,” kataku pada Pak Satpam tadi.
Sudah 10 menit aku menunggu. Mita belum juga muncul. Apa Mita diculik? Diminta tebusan dua milyar? Dari mana uang sebanyak itu? Aku masih menangis. Pak Satpam tadi memberiku segelas air.
Baca Juga : 7 Kebiasaan Makan yang Sering Dilakukan Ini Ternyata Berdampak Buruk
Hampir sejam aku menunggu. Nama Mita terus dipanggil. Aku pasrah. Sebaiknya aku pulang saja.
Biarlah Papa, Mama dan Tante Vina marah. Aku memang salah sudah meninggalkan Mita.
Kukemasi tasku. Aku pamit pada Pak Satpam. Pak Satpam itu berjanji akanmengantar Mita ke rumah kalau Mita datang.
Baca Juga : Jangan Asal Memberi Makan Hewan Paling Bahagia di Dunia Ini, Bisa Didenda, lo!
Aku berjalan gontai. Bagaimana cara memberi kabar buruk ini ke orangtuaku? Mereka bisa pingsan.
Seseorang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh.
“Mita?” kupeluk dia sekuat-kuatnya. Mita berusaha melepaskan pelukanku.
“Ih… Norak. Kenapa matamu sembab? Habis nangis, ya?”
Baca Juga : Sering Merasa Pusing saat Membaca Buku di Mobil? Ini Penyebabnya
“Kamu ke mana aja? Aku bingung, tauuu!” kuomeli Mita sambil bersungut-sungut.
“Habisnya, kamu enggak tunggu aku di bawah Jam Gadang. Jadi aku main dulu ke Kebun Binatang Kinantan.”
“Kamu ini…” kataku gemas. Kebun Binatang memang dekat dari Jam Gadang.
Baca Juga : Tidak Selalu Melahirkan, Ini Tiga Cara Mamalia Berkembang Biak
“Aku dengar, kok, kalau aku dicari. Tapi aku sedang asyik kasih makan monyet-monyet.”
Aku lega sekaligus gemas. Kucubit pipi tembemnya.
“Au.. Sakiiit,” gerutu Mita.
Aku tertawa. “Aku jadi lapar menunggu kamu.”
Baca Juga : Obat Sering Tersangkut di Tenggorokan? Coba 4 Cara Minum Obat Ini, yuk!
Kami pun menuju rumah makan. Baru masuk di pintunya saja, harum masakan sudah merebak. Air liurku menetes.
Pelayan rumah makannya sangat cekatan. Bertumpuk-tumpuk piring diletakkan dengan satu tangan. Membawanya tanpa terjatuh. Lalu menghidangkan di meja kami. Mita menatap kagum.
“Aku beli ini buat kamu,” kataku sambil menunjukkan belanjaan tadi.
Baca Juga : Dongeng Bona and Friends: Rumah Burung
Mita tersenyum. “Terima kasih, Nina. Maaf sudah merepotkanmu dan bikin bingung,” jawabnya.
“Kalau aku ke Surabaya, aku juga bakal menghilang. Biar kamu merasakan bagaimana paniknya aku.” Aku pura-pura marah.
Mita tertawa. “Aku tunggu kamu di Surabaya.”
Baca Juga : Ingin Tidur Lebih Nyenyak? Jauhkan Benda-Benda ini dari Tempat Tidurmu
Cerita oleh: Novia Erwida. Ilustrasi: yanB
Tonton video ini, yuk!
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR