Bobo.id - Kalau di halaman rumah teman-teman ada sebuah batu yang ukurannya cukup besar, coba ketuk-ketukkan dengan batu lain dan dengar seperti apa bunyinya.
Saat dua batu saling beradu satu sama lain, bunyinya hanya akan terdengar seperti dua benda padat yang diketukkan satu sama lain.
Tapi kalau teman-teman berkunjung ke tempat yang disebut "Tanah Sungai Kering" di Gobustan, Azerbaijan, kita bisa menemukan ada sebuah batu yang dinamakan "batu bernyanyi", lo.
Meskipun namanya adalah "batu bernyanyi", batu ini tidak benar-benar bisa bernyanyi seperti penyanyi kesukaan teman-teman, kok.
Baca Juga : Busingen am Hochrein, Kota Jerman yang Terletak di dalam Swiss
Tanah Sungai Kering
Di Azerbaijan, tepatnya di Cagar Negara Bagian Gobustan, ada sebuah tempat yang sering disebut sebagai Tanah Sungai Kering.
Meskipun sekarang julukannya adalah Tanah Sungai Kering, sekitar 40.000 tahun yang lalu tempat tersebut adalah daerah hijau dan mempunyai hutan yang lebat, lo.
Tapi setelah periode es, tempat ini digunakan sebagai tempat bertemu dan menetap di rangkaian gua batu kapur hingga akhir abad ke-20.
Selain menjadikan rangkaian gua batu kapur sebagai tempat tinggal, ternyata masyarakat kuno yang tinggal di sana juga membuat sebuah pahatan yang jumlahnya lebih dari 6.000 pahatan batu.
Pahatan yang dikenal sebagai petroglif ini terletak di dataran tinggi batuan semi kapur di Gobustan dan terdiri dari berbagai ukiran yang menggambarkan prajurit, perempuan, lembu, rusa, kambing, sampai adegan memancing.
Ada sekitar 20 gua berbatu di Cagar Negara Bagian Gobustan yang tersebar di tiga bukit yang berbeda.
Selain dijadikan sebagai tempat tinggal, gua di Gobustan juga dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai ritual keagamaan, lo.
Berbagai peninggalan tersebut menjadikan Cagar Negara Bagian Gobustan sebagai museum outdoor atau museum luar ruangan yang unik.
Baca Juga : Ingin Berkunjung ke Jepang? Jangan Lupa Kunjungi Kota-Kota Ini, ya!
Peninggalan "Batu Bernyanyi"
Selain gua batu kapur dengan petroglif yang menggambarkan berbagai hal, ada peninggalan lain yang membuat taman nasional ini semakin menarik, nih, teman-teman.
Peninggalan tersebut adalah "batu bernyanyi" yang terdapat sebanyak empat buah batu bernyanyi yang bisa ditemukan di seluruh taman nasional.
Salah satu "batu bernyanyi" yang terkenal di Gobustan adalah batu bernama Gaval Dash yang ada di pintu masuk taman.
Batu tersebut dinamakan demikian karena saat dipukul menggunakan batu kecil, batu akan mengeluarkan suara seperti berdering yang bergema.
Dalam bahasa setempat, Gaval Dash dapat diartikan sebagai "batu rebana", karena batu ini mengeluarkan suara seperti alat musik rebana.
Nah, untuk menghasilkan suara berdenging, kita bisa memukulkan batu kecil berukuran genggaman tangan ke Gaval Dash yang memiliki panjang dua meter.
Suara berdering tersebut ternyata dihasilkan dari struktur bagian dalam batu Gaval Dash yang berlubang.
Di dalam Gaval Dash ternyata terdapat banyak lubang berukuran mikroskopis atau sangat kecil yang menimbulkan adanya resonansi atau pantulan suara seperti gema saat batu dipukul menggunakan benda lain.
Diduga lubang-lubang berukuran sangat kecil tadi muncul dari iklim yang sangat kering dan gas alam di Gobustan.
Baca Juga : Tak Hanya Pizza, 5 Makanan Terkenal Ini Juga Khas Italia, Pernah Coba?
Suara Pukulan Batu untuk Mengiringi Menari
Ada salah satu petroglif yang menggambarkan penari sedang melakukan tarian tradisional Yalli Azerbaijan, dan petroglif tersbeut menjadi yang paling terkenal di antara yang lain.
Tarian dilakukan dengan cara membentuk lingkaran atau rantai sambil berpegangan pada tangan maupun bahu.
Nah, para peneliti memperkirakan bahwa saat tarian tersebut dilakukan, orang-orang akan memukul Gaval Dash sebagai musik untuk mengiringi tarian.
Source | : | Kompas.com,CNN,Atlas Obscura |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR