Bobo.id - Di Indonesia, salah satu bencana yang sering terjadi adalah gempa bumi.
Gempa bumi sering terjadi karena Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng benua. Yaitu Eurasia, Indoaustralia, dan Pasifik.
Kemudian Indonesia juga terletak di jalur gunung berapi atau ring of fire.
Bencana gempa bumi menimbulkan banyak kerugian dan korban jiwa, teman-teman.
Ini karena gempa bumi masih sulit diprediksi, teman-teman.
Cari tahu bagaimana ilmuwan masa kini memprediksi gempa bumi, yuk!
Bagaimana Gempa Bumi Terjadi
Kerak Bumi kita terbuat dari beberapa lempeng tektonik. Lempeng niniempengan batu bergeriri yang besar.
Di bawah setiap lempeng ini ada lapisan mantel Bumi yang panas.
Setiap tahunnya, lempeng ini menyebar sekitar 1 - 20 sentimeter, teman-teman.
Meski kelihatannya tidak seberapa, gerakan ini bisa menyebabkan retakan yang dalam pada lempeng yang saling berinteraksi.
Nah, di zona yang tidak stabil, tekanan dari retakan tersebut bisa menyebabkan terjadinya gempa bumi.
Baca Juga : Hutan Hujan Harus Dilestarikan, Kenapa Hutan Hujan Penting bagi Bumi?
Faktor Penyebab Gempa Bumi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pergeseran lempeng ini menjadi gempa bumi, teman-teman.
1. Patahan lempeng ini berada di batu yang berbeda-beda. Ada batu yang lebih kuat atau lebih lemah saat di bawah tekanan.
Batu yang berbeda juga punya reaksi yang berbeda pada gesekan dan suhu yang tinggi.
2. Ada batu yang meleleh dan bisa melepaskan cairan yang sangat panas untuk mengurangi gesekan patahan.
3. Ada juga batu yang sangat kering, sehingga rentan terhadap peningkatan tekanan yang berbahaya.
4. Patahan tersebut juga berhubungan dengan gaya gravitasi dan arus batuan panas di mantel Bumi.
Karena ada banyak faktor, ini membuat gempa semakin sulit dipelajari dan diprediksi, teman-teman.
Memprediksi Gempa Bumi
Di masa sekarang, prediksi gempa Bumi kebanyakan didasarkan pada prediksi jangka panjang. Yaitu dengan mengetahui di mana lokasi gempa dan kapan gempa pernah terjadi.
Ini bisa membantu untuk memprediksi pada lempeng-lempeng aktif di dunia. Misalnya seperti patahan San Andreas di California.
Namun, ini efektif untuk memprediksi gempa dalam waktu yang sangat panjang, yaitu ribuan tahun.
Untuk memprediksi kejadian gempa yang lebih dekat, ahli menyelidiki getaran yang dikeluarkan Bumi sebelum gempa.
Baca Juga : Para Ahli Menyebut Gempa Palu Sebagai Fenomena Supershear, Apa Itu?
Saat ini, ahli menggunakan seismograf untuk mendeteksi gempa. Seismograf bisa menunjukkan kekuatan, lama, arah dan jaraknya.
Sudah ada banyak ponsel yang bisa mendeteksi gelombang seismik, teman-teman.
Namun ini juga belum bisa mendeteksinya dengan cepat, sehingga ada waktu untuk berlindung.
Beberapa waktu sebelum gempa bumi di Jepang tahun 2011, peneliti di Korea Selatan menemukan adanya radioaktif radon dan thoron.
Saat tekanan menekan kerak Bumi sebelum gempa, patahan kecil membuat Bumi melepaskan gas radon dan thoron ini ke permukaan.
Peneliti Korea Selatan pun mengusulkan pembuatan alat pendeteksi gas radiaktif ini di tempat-tempat yang rentan gempa bumi.
Gunanya agar bisa memprediksi gempa bumi sekitar 7 minggu sebelumnya.
Namun, ahli juga berpendapat kalau cara paling baik unuk mengetahuinya adalah melihat ke bagian dalam Bumi, teman-teman.
Wah, semoga para ahli di dunia bisa semakin mengembangkan teknologi prediksi gempa, supaya tidak banyak korban lagi, ya.
Ingin tahu apa yang harus dilakukan saat ada gempa bumi? Simak artikel di bawah ini, yuk!
Baca Juga : Jangan Panik, Ini yang Harus Kita Lakukan Ketika Terjadi Gempa Bumi
Lihat video ini juga, ya!
Source | : | ted-ed |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR