Sayangnya, kayu-kayu bakar di dapur agak lembab sehingga tak bisa dinyalakan. Kathrin cemas kalau ia tak sempat membuat sarapan. Ia melihat ke jendela dapur dan melihat cahaya di timur.
“Ada orang yang membuat api unggun! Syukurlah!” seru Kathrin lega.
Ia segera berlari keluar rumah. Di padang rumput, sekitar dua puluh meter dari rumah Bu Liam, tampak ada api unggun kecil menyala. Ia berlari cepat membawa panci untuk meletakkan bara.
Baca Juga : Kucing Suka Tidur di Atas Tubuh Kita, Cari Tahu Penyebabnya, yuk!
Ketika tiba di dekat api unggun, ia melihat tiga pria berpakaian putih. Mereka duduk di dekat api unggun tanpa bicara samasekali.
“Maaf… bolehkah… bolehkah aku meminta satu atau dua batu bara?” tanya Kathrin dengan takut-takut.
Ketiga pria itu tetap tidak bergerak atau berbicara. Kathrin berpikir, ketiga lelaki itu mungkin anggota keluarga Bu Liam. Mungkin mereka menunggu Bu Liam untuk pergi bersama ke rumah Bibi Edith. Karena mereka masih berdiam diri, Kathrin mengambil beberapa batu bara api.
“Terimakasih,” ucap Katrin sopan sambil membungkuk tiga kali, dan berlari kembali ke rumah.
Baca Juga : Puasa Identik dengan Ngabuburit, Apa Arti Ngabuburit, ya?
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR