Ketika etnis Tionghoa di Batavia mulai ditindas oleh VOC, mereka kemudian melarikan diri ke wilayah Jawa Tengah.
Mereka juga memasuki wilayah Keraton Kartasura. Saat itu, Keraton Kartasura dianggap punya hubungan yang cukup dekat dengan Belanda.
Akibatnya, terjadi pemberontakan oleh etnis Tionghoa yang dipimpin Sunan Kuning kepada Keraton Kartasura.
Sunan Pakubuwana II kemudian memerintahkan untuk mencari lokasi untuk memindahkan kerajaan. Untuk itu, diutuslah beberapa abdi dalem mencari lokasi terbaik.
Baca Juga: Dari Mana Asal Mula Nama Milky Way dan Bimasakti untuk Galaksi Kita?
Para abdi dalem kemudian menemukan tiga lokasi yang dianggap cukup cocok untuk mendirikan pusat pemerintahan yang baru, yaitu Desa Sala, Desa Kadipolo, dan Desa Sana Sewu.
Setelah dilakukan permusyawaratan, dipilihlah Desa Sala. Alasannya adalah dilihat dari sisi geografis dan magis-religius.
Apalagi Desa Sala dianggap sebagai wilayah yang memiliki arti penting dalam hubungan sosial, politik, dan militer antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Berubah Nama Menjadi Solo dan Surakarta
Setelah pemindahan ini, wilayah Desa Sala kemudian berkembang pesat hingga menjadi kota seperti saat ini.
Baca Juga: Unik, Ternyata Siput Punya 4 Hidung yang Berbeda Fungsi dengan Manusia
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR