Bobo.id - Memasak makanan atau minuman, baik dengan cara merebus, menggoreng, atau menumis, diperlukan agar kita tidak mengonsumsi makanan dan minuman tadi dalam keadaan mentah.
Namun ada juga makanan dan minuman yang kita konsumsi secara mentah, seperti beberapa sayur yang digunakan untuk lalapan maupun salad, atau air putih di beberapa negara.
Alasan lain beberapa makanan dan minuman dikonsumsi secara mentah adalah agar tidak menghilangkan nilai gizi atau nutrisi di dalamnya.
Walaupun ada yang bisa dikonsumsi dalam keadaan mentah, tiga makanan dan minuman ini sebaiknya dimasak dulu sebelum dikonsumsi, teman-teman.
Dengan memasak tiga jenis makanan dan minuman ini, maka kita bisa terhindar dari risiko keracunan karena berbagai zat yang ada di dalamnya, lo.
Baca Juga: Minum Susu Cokelat Setelah Berolahraga Ternyata Bermanfaat untuk Tubuh
1. Taoge
Beberapa jenis makanan khas Indonesia, seperti soto atau karedok menggunakan taoge sebagai salah satu pelengkapnya.
Nah, pada beberapa jenis hidangan, taoge juga disajikan secara mentah atau tidak dimasak lebih dulu, teman-teman.
Namun mengonsumsi taoge secara mentah ternyata tidak dianjurkan, lo, karena mengandung berbagai bakteri beracun.
Taoge bisa membawa bakteri beracun seperti salmonella, E. coli, dan listeria. Bakteri ini banyak ditemukan di tanah, pakan ternak yang terbuat dari dedaunan hijau, hingga sumber alami lainnya seperti kotoran ternak.
Baca Juga: Bisa Tumbuh dalam Tubuh Manusia, Cari Tahu Fakta Tentang Virus, yuk!
Tiga jenis bakteri tadi bisa menyebabkan beberapa penyakit di tubuh kita, teman-teman, seperti diare, demam, atau kram perut.
Itulah sebabnya kita harus mengonsumsi tauge dalam keadaan sudah dimasak, agar bakteri yang ada di tauge mati dan tidak menimbulkan penyakit pada tubuh.
2. Kentang
Kentang memang hampir tidak pernah dikonsumsi dalam keadaan mentah, teman-teman, tapi sudah diolah dengan berbagai cara, seperti direbus, digoreng, atau dipanggang.
Selain karena teksturnya yang keras, memasak kentang sebelum dikonsumsi berguna untuk menghilangkan rasa pahit dan kandungan pati di dalam kentang.
Pati adalah jenis karbohidrat kompleks yang tidak bisa larut dalam air, berbentuk bubuk putih, tawar, dan tidak berbau.
Pada tumbuhan, pati dihasilkan untuk menyimpan kelebihan glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis dalam waktu yang lama.
Nah, pati dalam kentang adalah jenis yang sulit dicerna oleh tubuh kalau tidak dimasak lebih dulu, teman-teman.
Akibatnya, kandungan pati dalam kentang yang tidak bisa dicerna oleh tubuh ini akan menyebabkan gangguan pencernaan.
Baca Juga: Mesin Pemindai Tubuh di Bandara Pancarkan Radiasi, Apakah Berbahaya?
Selain tidak mengonsumsi kentang dalam keadaan mentah, kita juga sebaiknya menghindari mengolah kentang yang berwarna hijau, karena kandungan racun bernama solanin bisa menyebabkan mual dan sakit kepala.
3. Susu
Minum susu diperlukan untuk tubuh kita, terutama anak-anak, karena bisa memberikan nutrisi yang baik untuk tulang, gigi, hingga otot.
Selain susu bubuk, susu segar juga bisa kita konsumsi dan mengandung nutrisi yang lebih baik, karena belum melalui proses panjang seperti susu bubuk.
Meskipun susu segar baik untuk tubuh, tapi susu segar yang akan kita minum harus dimasak terlebih dulu, teman-teman.
Susu mentah, yaitu yang diminum langsung setelah diperah dari sapi atau kambing bisa berbahaya bagi tubuh karena mengandung berbagai bakteri, seperti E. coli, salmonella, hingga listeria.
Sama seprti taoge, bakteri-bakteri tadi bisa menyebabkan berbagai penyakit, seperti diare, kram perut, dan mual.
Untuk menghindari berbagai bakteri yang ada di susu segar, kita bisa memanaskan susu dengan cara pasterurisasi, yaitu pemanasan yang dilakukan dalam waktu lama tapi tidak mencapai titik didih.
Tujuan dari pasteurisasi ini adalah untuk menghambat laju perkembangan bakteri yang ada di dalam susu tapi tidak menghilangkan nutrisi dalam susu yang berguna bagi tubuh.
Baca Juga: Wah, Makan Secara Pelan Bisa Membuat Lebih Cepat Kenyang, Kenapa, ya?
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | Hello Sehat |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR