Bobo.id - Baru-baru ini, media sosial dihebohkan dengan pemberitaan tentang semut charlie. Apakah teman-teman juga melihatnya?
Semut charlie ini dikabarkan menggigit seorang anak bayi sehingga adik kecil itu terluka ruam mirip luka bakar di kulitnya.
Pada unggahan itu juga ada foto serangga kecil yang mirip semut dengan ekor lancip dan tubuh berwarna hitam-oranye.
Baca Juga: Zebroid, Hewan Hibrida Hasil Persilangan Zebra dengan Kuda Jenis Lain
Hewan inilah yang disebut-sebut sebagai semut charlie yang berbahaya, teman-teman.
Belakangan, Kementerian Komunikasi dan Informasi mengabarkan bahwa unggahan tersebut merupakan hoaks dan merupakan foto lama yang dikemas ulang.
Adik bayi itu bukanlah digigit oleh semut charlie, tapi terkena sindrom linear nevus sevaceous, yaitu penyakit karena mutasi pada gen.
Lalu, sebenarnya semut charlie itu hewan apa, ya? Benarkah jenis hewan ini berbahaya?
Baca Juga: Wah, Kota Kecil Ini Dikenal Sebagai Kota Tanpa Sampah! Kok Bisa, ya?
Disebut Juga Tomcat
Pada 2012 lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kemunculan salah satu serangga yang berbahaya.
Serangga ini dikenal dengan nama tomcat. Apakah teman-teman pernah mendengar namanya?
Nah, tomcat inilah yang disebut sebagai semut charlie tadi, teman-teman.
Baca Juga: Mi Instan Aman Dikonsumsi, Tapi Apa Jadinya Kalau Makan Mi Instan Setiap Hari?
Di Malaysia dan beberapa daerah di Indonesia, serangga ini memang disebut sebagai semut charlie.
Namun, di sebagian besar wilayah Indonesia menyebutnya dengan nama tomcat.
Bukan Merupakan Semut
Menurut penelitian, serangga bernama Latin Paederus fuscipes ini ternyata bukanlah semut, tapi merupakan kumbang dari famili Staphylinidae.
Baca Juga: Wah, Seekor Gagak di Jepang Dijuluki Crowilla karena Mirip Gorila! Apa Kemiripannya?
Seperti kelompok kumbang lain, secara umum, serangga ini memiliki tiga bagian tubuh, yaitu kepala, dada, dan perut dengan tiga pasang kaki dan memanjang.
Hewan berukuran tujuh sampai delapan milimeter ini memiliki warna cerah, terutama kuning dan oranye pada rongga dadanya.
Selain itu, dia memiliki sayap separuh dan antena berbentuk benang yang memanjang.
Baca Juga: Banyak yang Tidak Sadar, Ini Bagian Lain dari Pisang yang Memberikan Manfaat
Berbahaya bagi Manusia
Kumbang ini memiliki zat tertentu yang mampu menyebabkan kulit seperti terbakar dan melepuh.
Ini merupakan hasil endosimbiosis antara racun pada tomcat dan bakteri. Ketika merasa terganggu, tomcat dapat mengeluarkan racun yang disebut pederin.
Jika sudah menempel ke kulit, racun itu akan menimbulkan inflamasi atau peradangan.
Uniknya, tomcat jantan berperilaku mirip kalajengking ketika terancam. Mereka akan mengangkat ekornya dan mengeluarkan racun.
Baca Juga: Dulu Kumuh dan Banyak Sampah, Sekarang Berubah Jadi Kampung Korea
Kumbang tomcat umumnya berada di permukiman dan populasi meningkat diperkirakan saat akhir musim hujan.
Berkurangnya populasi pemangsa seperti burung karena perburuan oleh manusia juga bisa menyebabkan populasi hewan ini meningkat.
Tak hanya itu, berkurangnya mangsa yang disebabkan perubahan fungsi lahan juga berkontribusi atas kenaikan populasi kumbang tomcat.
Baca Juga: Ingin Melihat Fenomena Es di Dieng? Kunjungi Tempat Wisata ini
Apa yang Harus Dilakukan?
Cahyo memperingatkan untuk menghindari tomcat bila kita melihatnya. Jika sudah terkena tomcat, jangan dipencet atau dipukul karena kumbang tomcat pasti akan terbang.
Sebab, bila mereka ditekan, racun akan keluar dari tubuh kumbang dan menyebabkan iritasi.
Jika sudah terkena cairan dari tubuh tomcat, lebih baik disiram air mengalir untuk kondisi darurat.
Baca Juga: Bisa Mengatasi Memar, Mengenal Bunga Pukul Delapan, yuk!
(Penulis: Gloria Setyvani Putri)
Lihat video ini juga, yuk!
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR