Bobo.id - Apakah teman-teman pernah makan nasi tumpeng? Nasi tumpeng atau tumpeng sering disajikan pada berbagai acara, seperti ulang tahun, acara syukuran, atau acara penting lainnya.
Nasi tumpeng bisa berupa nasi kuning maupun nasi putih yang nantinya dipotong pada bagian puncak dan diberikan kepada orang yang dihormati maupun disayangi.
Potongan puncak tumpeng ini lalu diberi berbagai lauk-pauk yang diletakkan di sekeliling tumpeng sebagai pelengkapnya.
Namun tahukah teman-teman? Kalau selama ini kita selalu memotong bagian puncak tumpeng, ternyata cara ini tidak tepat, lo.
Baca Juga: Di India, Ada Kuil Hindu yang Megah dan Berwarna-Warni, Seperti Apa, ya?
Yap, tumpeng yang berbentuk kerucut ternyata punya filosofi atau arti mendalam. Memotong tumpeng pada puncaknya ternyata tidak sesuai filosofinya.
Lalu bagaimana cara memotong dan makan tumpeng yang benar, Bo? Sebelum kita mencari tahu bagaimana cara memakan tumpeng yang benar, cari tahu dulu makna atau filosofi tumpeng, yuk!
Beragam Filosofi Nasi Tumpeng
Nasi tumpeng yang berbentuk kerucut ini ternyata punya beberapa makna atau filosofi, teman-teman, salah satunya melambangkan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selain itu, mengutip dari Sajian Sedap, menurut Murdjati Gardjito yang merupakan peneliti di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, bentuk tumpeng yang mengerucut adalah simbol dari Gunung Mahameru di India.
Baca Juga: Sudah Masuk Musim Panas, Ini 7 Festival Musim Panas di Tokyo Jepang
Nah, Gunung Mahameru dianggap sebagai tempat yang sakral dan menjadi tempat tinggal para dewa oleh masyarakat India.
Puncak tumpeng juga dianggap hanya berisi satu butir nasi, yang merupakan simbol Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan semakin ke bawah melambangkan umat dengan berbagai tingkat sifatnya.
Semakin bawah adalah penggambaran dari umat yang sikapnya tidak begitu baik dan hanya sedikit yang sempurna.
Baca Juga: Suku yang Tinggal di Kutub Utara Masih Membutuhkan Kulkas Tidak, ya?
Memotong Tumpeng pada Puncaknya Menyalahi Filosofi Tumpeng
Dari beberapa filosofi itulah yang menyebabkan tumpeng sebenarnya tidak boleh dipotong pada bagian puncaknya.
Kalau memotong tumpeng pada bagian puncak, akan berlawanan dengan makna tumpeng, yakni simbol dari hubungan manusia dengan Tuhan.
Memotong puncak tumpeng dapat diartikan juga sebagai memotong hubungan umat dengan Tuhan. Selain itu, kita juga tidak mendapatkan lauk jika memotong bagian puncak tumpeng.
Ibu Murdjati Gardjito juga menyebutkan kalau kebiasaan memotong tumpeng pada puncaknya ini terpengaruh dari budaya barat, nih, teman-teman, yaitu memotong kue.
Cara Memakan Tumpeng yang Tepat
Kalau memotong puncak tumpeng tidak tepat dan tidak sesuai dengan filosofi tumpeng itu sendiri, lalu bagaimana cara yang tepat untuk memakan tumpeng, ya?
Ternyata cara tepat dalam memakan tumpeng adalah dengan cara dimakan bersama-sama dan mengepung atau melingkar di sekitar tumpeng.
Nah, tumpeng kemudian dimakan dari bagian bawah dengan menggunakan tangan maupun sendok secara bersama-sama.
Bagian bawah tumpeng yang sudah dimakan bersama-sama ini nantinya akan membuat bagian puncak tumpeng bersatu dengan bagian dasarnya.
Baca Juga: 4 Bahasa Termuda di Dunia Digunakan di Mana Saja, ya? Yuk, Cari Tahu!
Bersatunya bagian puncak dengan bagian dasar tumpeng ini adalah bentuk dari Sang Pencipta yang kembali ke tempat semua makhluk.
Tonton video ini, yuk, teman-teman!
Source | : | Sajian Sedap |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR