Sri menghabiskan hari itu dengan menggoreng renggina. Begitu pula esok harinya, ia menggoreng renggina coklat yang telah dibikin Ibu. Akhirnya pada hari Rabu, semua renggina telah digoreng. Sri membawa renggina yang telah dimasukkan ke dalam tas plastik ke rumah-rumah pemesan. Kesibukannya membuat ia lupa akan rencananya berlibur di desa Eka. Sampai kemudian Eka mengusiknya.
"Jadi tidak kamu ikut?" tanya Eka meminta kepastian. "Sore ini kami berangkat. Ardani sungguh berharap kamu ikut."
Baca Juga: Bisa Jadi Inspirasi Bekalmu, Seorang Ibu Suka Melukis Gambar Kucing di Bekal Anaknya
"Aduuuh, bagaimana ya?" Sri bimbang. Mulai sore ini ia dan ibunya akan mejahitan. Terbayang di mata Sri wajah Ibu bila mesti bekerja sendiri. Kasihan, betapa akan capeknya Ibu. Apalagi kali ini bukan pesanan canang saja yang diterima, juga sampian gantung.
"Kami berangkat pukul enam," kata Eka. "Tinggalkan saja aku kalau tak datang," Sri mengambil keputusan.
Sepulang sekolah Sri mulai mejahitan dengan terburu-buru. Kalau bisa, ia ingin menyelesaikan seluruh pekerjaan hari itu. Ibu bertanya terheran-heran, "Kenapa kau, Sri?" Ini masih hari Kamis, canang bisa dibuat besok pagi. Sekarang bikin sampian gantung saja."
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR