"Bu, Eka mengajakku berlibur di desanya sampai hari Minggu. Berangkatnya sore nanti. Kalau sekarang kubantu Ibu sebanyak yang aku bisa, aku kan boleh pergi," jelas Sri sambil kedua tangannya bergerak lincah merangkai janur.
"Ikut sajalah kamu, Sri. Kapan lagi ada kawan yang menawarimu berlibur!" kata Ibu.
Baca Juga: Sedang Masuk Angin, Bolehkah Anak-Anak Kerokan untuk Meredakannya?
Senang hati Sri menerima persetujuan Ibu. Makin tergerak hatinya untuk menyelesaikan satu ikatan janur di hadapannya. Selama empat jam bekerja, akhirnya ia bisa menyelesaikan seluruh sampian gantung pesanan. Besok Ibu tinggal membuat canang. Sri menarik napas lega. la bisa berangkat ke rumah Eka dengan hati tenang.
"Uh, hampir kami tinggal!" Eka menyambut kedatangannya dengan senang. "Berangkat yuk, semua sudah di mobil!"
Keesokan harinya, pagi-pagi petualangan di desa sudah dimulai. Eka mengajak Sri dan Ardani mandi di sebuah pancuran alam, memancing bersama kakek Eka di sungai yang jernih, dan memetik buah-buahan di kebun Kakek. Sri sungguh menikmati acara itu. Namun siang harinya ia mengutarakan niatnya untuk pulang.
"Kenapa?" Kedua kawannya hampir serentak bertanya.
"Kasihan ibuku, mungkin belum selesai mejahitan," kata Sri.
"Tapi, kamu senang di sini, kan?" Eka bertanya.
"Tentu saja, ini liburan yang menyenangkan," kata Sri. "Tapi Ibu tetap terpikirkan olehku."
"Kamu anak yang baik, Sri," Ardani memuji
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR