Bobo.id - Selain pelajaran utama yang didapatkan di sekolah, ada kegiatan tambahan atau ekstrakurikuler yang biasanya kita ikuti di sekolah, salah satunya pramuka.
Ada berbagai manfaat yang kita dapatkan dari mengikuti kegiatan pramuka, seperti menjadi lebih mandiri, disiplin, gotong royong, hingga peduli.
Selain itu, ada berbagai hal yang juga kita pelajari saat mengikuti pramuka, misalnya mempelajari tentang sandi.
Berbagai sandi dipelajari saat pramuka. Ada sandi rumput, sandi morse, atau sandi semaphore.
Baca Juga: Ghost Army, Strategi Amerika Mengelabui Musuh di Perang Dunia II
Sandi biasanya digunakan sebagai alat pelindung, agar pesan yang kita sampaikan tidak diketahui oleh orang lain, kecuali orang yang dituju.
Inilah sebabnya sandi juga digunakan sebagai alat komunikasi.
Yuk, ketahui sejarah salah satu sandi yang dipelajari saat pramuka, yaitu sandi morse!
Sanda Morse Diciptakan Tahun 1837
Perkembangan listrik yang semakin maju pada abad ke-19 membuat sistem pengiriman pesan juga berkembang.
Hal ini membuat diciptakannya sistem pengiriman pesan berbasis kode morse oleh Samuel Finley Breese Morse atau Samuel Morse yang merupakan seorang pelukis, bersama fisikawan Joseph Henry dan Alfred Vail.
Ide pembuatan sandi atau kode morse ini adalah untuk mengirimkan pesan jarak jauh dengan lebih cepat.
Saat itu, pesan masih dikirimkan secara manual oleh kurir atau jasa pengantaran pesan, yang bisa memakan waktu lama.
Baca Juga: Bukan untuk Membersihkan Telinga, Inilah Sejarah Penggunaan Cotton Bud
Jika seseorang ingin mengirimkan pesan menggunakan jasa kurir, maka kurir harus menghapalkan pesan itu atau menuliskannya di kertas, yang kemudian disampaikan kepada penerima.
Samuel Morse bersama dengan Joseph Henry dan Alfred Vail kemudian menciptakan sistem kode yang memudahkan pengiriman pesan jarak jauh menggunakan telegraf.
Yap, sesudah sistem listrik dikembangkan, pengiriman pesan berkembang menjadi melalui telegraf.
Baca Juga: Sejak Kapan '911' jadi Nomor Panggilan Darurat di Amerika Serikat?
Telegraf bekerja dengan cara jarum kompas yang berisi huruf akan bergerak karena adanya impuls atau tekanan dari listrik.
Nah, pada setiap huruf akan ada lampu yang menyala saat jarumnya bergerak, yang akan diterjemahkan oleh petugas telegraf dan menerjemahkannya menjadi sebuah pesan.
Penemuan Sandi Morse Terinspirasi dari Telegraf
Pengiriman pesan melalui telegraf memang dianggap lebih cepat dibandingkan menggunakan kurir pengantar pesan, teman-teman.
Namun hal ini cukup menyulitkan petugas penerjemah pesan, karena mereka harus bergantian melihat gerakan jarum atau lampu yang menyala, sambil menuliskan pesan.
Dari hal inilah, bersama dengan dua fisikawan lainnya, Samuel Morse kemudian membuat sistem pengiriman pesan menjadi lebih mudah.
Kode morse yang diciptakan berupa titik dan garis putus-putus yang berarti huruf atau angka tertentu.
Baca Juga: Piala Lycurgus Ini Dibuat dengan Menggunakan Teknologi Nano
Mesin telegraf dengan kode morse akan mengeluarkan bunyi klik yang berbeda antara titik dengan garis, yang membuat operator bisa menerjemahkan setiap huruf, angka, maupun tanda baca.
Untuk mempermudah operator dalam menuliskan pesan yang dikirimkan, mereka mulai punya sebutan khusus, nih.
Titik dalam sandi morse disebut 'dits', dan 'dahs' untuk tanda garis, mengikuti suara alat pada telegraf sandi morse.
Baca Juga: Kenapa Olahraga Sepak Bola di Amerika Disebut Soccer, Bukan Football? #AkuBacaAkuTahu
Sandi Morse Menjadi Alat Komunikasi yang Penting saat Perang Dunia
Saat ini, sandi morse yang kita tahu kebanyakan digunakan atau dipelajari dalam pramuka.
Namun saat Perang Dunia II, sandi morse adalah alat komunikasi yang penting, teman-teman.
Bahkan ada kode khusus yang digunakan untuk keadaan darurat, yaitu bentuk SOS atau tanda bahaya, yang sandinya terdiri dari tiga titik, tiga garis, dan tiga titik.
Sandi morse juga digunakan sebagai standar komunikasi internasional di laut hingga tahun 1999, yang kemudiak digantikan dengan sistem satelit.
Yuk, tonton video ini juga!
Source | : | britannica.com,Wonderopolis |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR