Bobo.id - Untuk mengairi sawah, maka dibutuhkan sistem pengairan yang disebut dengan irigasi.
Irigasi adalah pengaturan pembagian atau pengaliran air dengan sistem tertentu untuk sawah dan ladang lainnya.
Salah satu sistem irigasi yang banyak digunakan di Indonesia adalah terasering, yang membuat sawah menjadi memiliki teras yang berundak-undak.
Nah, sistem pengairan sawah yang mirip dengan terasering ini di Bali disebut dengan subak.
Ternyata sistem pengairan sawah yang disebut sebagai subak ini bukan hanya penting sebagai sistem irigasi sawah saja, teman-teman.
Subak juga punya berbagai nilai filosofi yang penting bagi masyarakat Bali. Yuk, ketahui serba-serbi mengenai subak yang merupakan sistem irigasi persawahan di Bali!
Baca Juga: Letak Geografis Indonesia Ternyata Memiliki Banyak Pengaruh, lo! Ini Beberapa di Antaranya
Subak Merupakan Sistem Irigasi Sawah yang Dimiliki oleh Petani Bali
Agar berbagai tanaman yang ditanam di sawah terus hidup dan bisa dipanen, maka petani Bali mengembangkan sistem pengairan sawah atau irigasi yang disebut subak.
Namun subak sebenarnya bukan hanya sekadar sistem pengairan sawah saja, teman-teman, karena subak juga sudah menjadi sebuah organisasi di antara para petani Bali.
Subak dianggap sebagai sebuah organisasi yang mengatur tentang sistem pengairan sawah atau irigasi sawah secara tradisional.
Sistem subak ini dilakukan oleh petani di Bali untuk menyiasati lahan persawahan yang berbukit-bukit dan tidak rata, sehingga dibuatlah sawah yang berundak-undak.
Biasanya, setiap petani memiliki sebidang lahan sawah yang sudah dialiri dengan air yang mengandung berbagai unsur hara.
Nah, dari air yang mengalir di satu petak sawah milik petani, selanjutnya air ini akan mengalir ke petak sawah yang ada di bawahnya dan berlangsung terus sampai petak sawah yang paling bawah.
Tugas dari para petani yang tergabung dalam komunitas subak ini adalah untuk mengontrol pembagian air dari satu petak sawah ke petak sawah miliki anggota lainnya.
Baca Juga: Suka Makan Opor Ayam Saat Lebaran? Ternyata Opor Berawal dari Dua Makanan Luar Indonesia Ini
Sistem Irigasi Subak Sudah Dilakukan Sejak Abad ke-9
Tahukah kamu? Sistem pengairan sawah yang disebut subak ini ternyata sudah tercatat dilakukan sejak lama, yaitu sejak abad ke-9, tepatnya pada tahun 1072 Masehi.
Hal ini diketahui dari catatan di prasati Pandak Bandung tahun 1072 Masehi. Pada prasasti itu tertulis kata subak, yang mengacu pada lembaga sosial keagamaan yang unik.
Selain itu, dijelaskan juga kalau dalam subak ada berbagai pengaturan, seperti keputusan para petani untuk menetapkan pengunaan air irigasi dalam pertumbuhan padi.
Baca Juga: Inilah 3 Makanan yang Biasa Disantap Warga Jakarta untuk Sarapan, Favoritmu Salah Satunya?
Sistem pengairan yang disebut subak ini bisa bertahan selama berabad-abad karena para petani yang melaksanakannya masih taat pada tradisi, nih.
Petani akan melakukan pembagian air secara adil serta merata, berbagai hal dibicarakan bersama, hingga penetapan waktu menanam serta jenis pada yang ditanam juga dibicarakan bersama.
Subak Memiliki Konsep yang Disebut Tri Hita Karana
Dalam sistem irigasi subak di persawahan Bali, hal ini bukan berarti hanya cara pengairan sawah saja, teman-teman.
Ada filosofi atau kepercayaan penting yang menjadi pegangan hidup para petani di balik sistem irigasi subak yang sudah dilakukan berabad-abad.
Filosofi di balik sistem subak ini disebut sebagai Tri Hita Karana, yang berasal dari kata tri yang berarti tiga, hita yang artinya kebahagiaan atau kesejahteraan, dan karana yang berarti penyebab.
Sehingga Tri Hita Karana bisa disimpulkan sebagai 'tiga penyebab terciptanya kebahagiaan serta kesejahteraan'.
Baca Juga: Budaya Merauke: Tari Gatzi Suku Marind yang Diiringi Tifa Khas Papua
Nah, dalam filosofi Tri Hita Karana ini ada tiga poin penting, yaitu parahyangan, pawongan, dan palemahan.
Parahyangan berarti hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.
Lalu ada pawongan, yang merupakan hubungan harmonis antara manusia dengan sesamanya.
Terakhir, palemahan adalah hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungannya.
Google Doodle Peringati Subak Sebagai Warisan Budaya Dunia
Subak sebagai sebuah sistem irigasi persawahan di Bali ternyata sudah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, teman-teman.
Penetapan subak sebagai warisan budaya dunia ini ditetapkan pada 20 Juni 2012 di Rusia lewat sidang yang dilaksanakan oleh UNESCO.
Kali ini, kalau teman-teman membuka situs pencarian Google, maka di halaman pencarian akan terlihat Google Doodle berupa gambar sawah.
Ternyata gambar sawah ini merupakan salah satu cara Google untuk ikut memperingati subak Bali sebagai salah satu warisan budaya dunia, teman-teman.
Baca Juga: Bukan Hanya Honai, Ada Juga Rumah Adat Papua Lainnya! Ketahui 3 Rumah Adat di Papua
Yuk, tonton video ini juga!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Source | : | Kompas.com,Bali.com,Pemerintah Kabupaten Buleleng |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR