Namun, Raden Purbaya tetap kukuh melaksanakan titah dari ayahnya. Akhirnya, Raden Wijaya dan Jin Sepanjang bertarung, begitupun pasukan keduanya.
Raja Jin pun terdesak dan bersumpah akan membalas Raden Wijaya. Ia juga meninggalkan pasukannya jinnya.
Setelahnya, pasukan Raden Purbaya mulai membuka hutan, dan tidak lama setelahnya penduduk Kesultanan Mataram banyak yang berpindah tempat tinggal. Akhirnya, bagian dari Hutan Kedu itu menjadi sebuah desa.
Di antaranya, ada warga yang bernama Kyai Kramat, Nyai Bogem, dan anaknya yang melangsungkan pesta pernikahan, yaitu Roro Rambat.
Raja Jin yang melihat pesta itu mendapatkan ide untuk membalas dendam dan mengubah dirinya menjadi sosok manusia bernama Sonta. Ia mengaku sebagai pengelana dan bekerja di rumah Kyai Kramat.
Namun, saat malam hari tiba, Sonta alias Raja Jin meniupkan asap putih ke seluruh desa. Akibatnya, sebagian penduduk dan perwira Mataram jatuh sakit dan meninggal dunia.
Raden Purbaya pun segera memeriksa kondisi itu dan melaporkannya pada ayahnya, Panembahan Senopati.
Setelah bersemedi, Panembahan Senopati memberi tahu anaknya bahwa wabah di desa itu adalah perbuatan Raja Jin yang menyamar.
Sekembalinya ke desa di Hutan Kedu, pembicaraan antara Raden Purbaya dengan Kyai Kramat didengar oleh Sonta, sehingga ia kabur. Kyai Kramat pun mengejarnya dan pertarungan tidak terelakkan.
Dalam pertarungan itu, Kyai Kramat wafat. Istrinya pun memburu Raja Jin dan bertarung melawannya. Sayangnya, Nyai Bogem juga wafat dalam pertempuran itu.
Baca Juga: Disebabkan oleh 3 Kesalahan, Begini Asal-usul Nama Kota Salatiga #MendongenguntukCerdas
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR