“Jangan takut, Bu! Si Dumdum malah terlalu aman. Tak ada anak yang mau menungganginya karena dia berjalan terlalu pelan,” kata Pak Didot.
“Oo, kalau begitu, dia malah cocok untuk anakku!” kata ibu Tio, lalu mengangkat Tio ke atas sadel Dumdum.
Dumdum lalu berjalan pelan dan hati-hati di pasir pantai, membawa Tio. Mereka berdua suka bergerak pelan, menikmati bunyi kerikil yang terinjak dan ombak yang menerpa pantai. Mereka juga menikmati suara camar laut dan merasakan hangatnya sinar matahari di punggung mereka.
Di tengah jalan, mereka bertemu keledai-keledai lain yang sedang berlari pulang.
“Lihat! Itu dia si keledai gemuk yang lamban!” teriak anak-anak yang menunggangi teman-teman Dumdum.
Anak-anak itu lalu memacu keledai-keledai mereka sehingga membuat keributan. Keledai-keledai itu meringkik kencang dan menghentakkan kaki kencang-kencang ke pasir pantai. Keributan itu membuat camar-camar laut terbang menjauh.
“Aku gembira kamu tidak seperti mereka, Dumdum,” kata Tio sambil menepuk lembut leher Dumdum.
“Aku juga senang karena kamu tidak mamacu aku untuk berlari cepat,” bisik Dumdum.
Baca Juga: Meski Enak, Jangan Lagi Konsumsi 8 Makanan Ini Secara Berlebihan, Efeknya Bisa Bahayakan Tubuh
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR