Tampak seorang laki-laki tua di dekat sumur. Ia sangat girang melihat kami datang.
“Tuhan mengirim kalian kemari untukku!” teriaknya. “Tolonglah! Aku menjatuhkan timba dan talinya ke dalam sumur!”
Aku segera mengumpulkan akar-akar gantung pohon beringin. Kusambung akar-akar itu menjadi tali yang kuat. Pangeran Kecil menemukan sebuah botol sebagai pengganti timba. Kami bertiga pun bisa minum sepuasnya.
“Terima kasih atas kebaikan kalian,” kata laki-laki tua itu sambil bangkit berdiri. “Semoga Tuhan memberkati kalian,” ujarnya, lalu pergi.
Saat itu menjelang petang. Matahari perlahan terbenam. Suka citaku menjadi padam. Aku baru ingat Pangeran Kecil belum melakukan perbuatan besar. Sihir itu tak kan hilang. Temanku akan tetap kecil dengan jempol besar!
Pangeran Kecil yang duduk di pundakku menepuk aku lembut. Aku menoleh perlahan. Aku malu karena gagal membantunya. Kulihat kedua kakinya menggantung di dadaku. Sepatunya berwarna keemasan berbentuk lancip. Tak ada tandatanda pernah dijebol jempol. Aku tertegun.
“Aku telah kembali seperti semula!” Pangeran Kecil meluncur dari pundak ke telapak tanganku. Ia masih tetap kecil. Wajahnya tampan, nakal, dan riang. Aku heran ia bergembira. Ia mengangkat kedua kakinya silih berganti.
Baca Juga: Tak Pandang Bulu, COVID-19 Juga Bisa Menyerang Anak-Anak, Ketahui Cara Mencegahnya
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR