"Apa? Dibongkar?" Elena tersentak kaget mendengar suara nyaring itu. Entah darimana asalnya. Elena menoleh ke kiri dan ke kanan. Tapi tak tampak siapapun.
"Siapa yang berbicara tadi?" tanya Elena bingung. Elena memandangi bungabunga di dekatnya. Tak mungkin bunga-bunga itu berbicara. Tiba-tiba tampak bayangan melesat di antara bunga-bunga. Elena segera menyibak beberapa tangkai bunga. "Ah!" pekik Elena kaget.
"Ah!" Makhluk kecil di balik setangkai bunga melati itu juga memekik kaget.
Elena memandangi makhluk aneh itu dengan takjub. Makhluk itu seperti anak kecil berukuran sebesar jari telunjuk. Wajahnya bulat, telinganya lancip, matanya hijau. Topinya berbentuk daun. Baru kali ini Elena melihat makhluk itu.
"Siapa kamu?" tanya Elena yang masih terkejut.
"Siapa kamu?" Makhluk kerdil itu balik bertanya.
"Namaku Elena," sahut Elena.
"Apakah kamu ini kurcaci?" Mata makhluk itu berkilat-kilat.
Ia memanjat tangkai bunga di sampingnya. Lalu duduk di kelopak bunga. "Betul. Namaku Pep. Aku tinggal di sini," jawabnya. Alis Elena terangkat. "Di sini? Di taman ibuku?"
Pep mengangguk. "Apa benar ayahmu akan membongkar taman ini?"
Raut wajah Elena kembali muram. "Ya. Kata Ayah, tidak ada lagi yang bisa merawat taman ini. Ayah juga sering sedih kalau melihat taman ini."
"Tolong jangan bongkar taman ini," pinta Pep. "Aku dan keluargaku senang tinggal di sini." "Keluargamu? Apa masih ada kurcaci lain di taman ini? Di mana mereka?" Elena kelihatannya bersemangat sekali.
Baca Juga: Bisa Bikin Tambah Gemuk, Hindari Konsumsi 5 Makanan Ini untuk Camilan, Termasuk Sereal dan Granola
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR