Joko Tingkir Mengabdi pada Kesultanan Demak
Suatu hari, Ki Ageng Sela meminta Joko Tingkir untuk mengabdikan diri pada Kesultanan Demak, karena ilmunya sudah cukup.
Joko Tingkir pun menurutinya dan mohon doa restu pada ibu angkatnya, Nyi Ageng Tingkir.
Nyi Ageng Tingkir merestuinya dan meminta anaknya itu menemui kerabatnya di Demak, yaitu Ki Ganjur.
Sesampainya di Demak, Joko Tingkir pun menemui Ki Ganjur. Esoknya, Ki Ganjur mengantarkan Joko Tingkir ke istana dan membantunya agar diterima di sana.
Karena Joko Tingkir memiliki ilmu dan keahlian yang tinggi, tidak lama kemudian, ia diberi jabatan baru oleh Sultan Trenggana sebagai panglima prajurit tamtama.
Salah satu tugas Joko Tingkir adalah memilih prajurit tamtama melalui seleksi.
Hingga suatu hari datanglah seorang pemuda bernama Dadung Awuk yang ingin menjadi prajurit. Namun ia tidak mau diseleksi dan justru ingin menantang Joko Tingkir.
Joko Tingkir pun menyampaikan secara baik-baik bahwa Dadung Awuk harus mengikuti aturan seperti calon prajurit yang lain. Namun Dadung Awuk justru semakin menantang Joko Tingkir.
Setelah berusaha bersabar namun terus ditantang, akhirnya Joko Tingkir marah dan menyanggupi tantangan Dadung Awuk.
Sayangnya, dalam pertarungan itu Dadung Awuk tewas terbunuh akibat Joko Tingkir yang terlalu marah.
Sultan Trenggana pun murka. Ia memecat dan mengusir Joko Tingkir dari istana.
Joko Tingkir Kembali Berguru
Joko Tingkir pun mengembara ke hutan di Pegunungan Kendeng.
Suatu hari, seorang kakek mendatanginya ketika ia sedang beristirahat di bawah pohon. Kakek itu bernama Ki Ageng Butuh.
Setelah menceritakan asal-usulnya, ternyata Ki Ageng Butuh masih bersaudara dengan ayah Joko Tingkir, yaitu Ki Ageng Pengging.
Baca Juga: Dongeng Petualangan Oki dan Nirmala: Si Penyihir Hijau
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR