Bobo.id - Pernahkah teman-teman membaca atau mendengar dongeng kisah Joko Tingkir?
Kisah Joko Tingkir merupakan cerita rakyat dari Jawa Tengah.
Dalam tayangan Belajar dari Rumah di TVRI hari ini, ada kisah Joko Tingkir, teman-teman.
Melalui tayangan kisah Joko Tingkir itu, kita bisa melihat kebaikan yang dilakukan Joko Tingkir, hingga alasan mengapa Joko Tingkir berhasil menjadi pemimpin.
Apakah teman-teman terlewat menyaksikannya? Bobo sudah menyiapkan rangkumannya untukmu, nih! Yuk, simak!
Mimpi Ki Ageng Tingkir
Pada suatu masa, hiduplah seseorang yang bernama Ki Ageng Tingkir.
Suatu malam, Ki Ageng Tingkir yang sedang tidur bermimpi mendengar suara yang menyuruhnya memetik kelapa muda dari pohon di samping rumahnya, dan meminum airnya sampai habis.
Paginya, Ki Ageng Tingkir segera menuju ke pohon kelapa di samping rumahnya. Ia heran karena seharusnya pohon itu belum berbuah, namun sudah ada sebutir buah kelapa muda di sana.
Ki Ageng Tingkir pun mengambil buah itu dan mengupasnya, kemudian ia letakkan di atas meja.
Rencananya, air dari kelapa muda itu akan diminum setelah menggembala kerbau.
Ketika Ki Ageng Tingkir sedang menggembala kerbau, kerabatnya yang bernama Ki Ageng Pengging datang ke rumahnya.
Saat itu, di rumah Ki Ageng Tingkir hanya ada istrinya, yaitu Nyi Ageng Tingkir.
Karena belum menyiapkan makanan dan minuman, Nyi Ageng Tingkir memberikan kelapa muda yang tanpa sengaja dilihatnya ada di atas meja.
Ki Ageng Pengging yang haus karena menempuh perjalanan jauh pun segera menghabiskan air kelapa muda itu.
Baca Juga: Dongeng Anak: Kurcaci di Taman Bunga #MendongenguntukCerdas
Tidak lama kemudian, Ki Ageng Tingkir pulang ke rumah. Ki Ageng Pengging mengatakan bahwa ia sudah disuguhi kelapa muda oleh Nyi Ageng Tingkir.
Ki Ageng Tingkir pun terkejut, kemudian ia menceritakan mimpinya pada Ki Ageng Pengging.
Meski air kelapa muda itu sudah habis diminum, Ki Ageng Tingkir tidak marah, karena Nyi Ageng Tingkir dan Ki Ageng Pengging sama-sama tidak tahu perihal kelapa muda itu dan mimpinya.
Ternyata mimpi itu berkaitan dengan keturunan yang menjadi pemimpin di Jawa kelak. Ia berpikir bahwa mungkin bahwa mungkin sudah menjadi takdir bahwa keturunan Ki Ageng Pengging lah yang kelak akan jadi pemimpin.
Keturunan Ki Ageng Pengging
Beberapa bulan kemudian, istri Ki Ageng Pengging yang sedang mengandung ingin melihat wayang beber.
Ki Ageng Pengging pun mengundang dalang wayang beber. Ia juga mengundang Ki Ageng Tingkir dan istrinya untuk ikut menonton.
Namun, di tengah pertunjukan, tiba-tiba istri Ki Ageng Pengging merasa sudah akan melahirkan. Akhirnya, Nyi Ageng Pengging melahirkan bayinya dibantu Nyi Ageng Tingkir.
Ki Ageng Tingkir menyampaikan kelak anak itu akan menjadi pemimpin. Ki Ageng Pengging pun meminta Ki Ageng Tingkir memberi nama anaknya, anak itu diberi nama Mas Karebet.
Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Tingkir meninggal dunia. Tak lama kemudian, Ki Ageng Pengging juga gugur saat melawan pasukan Kesultanan Demak karena dituduh memberontak.
Gugurnya Ki Ageng Pengging membuat Nyi Ageng Pengging jatuh sakit. Sehingga anaknya, Mas Karebet, diangkat dan dirawat oleh Nyi Ageng Tingkir.
Mas Karebet adalah anak yang cerdas. Sehingga Nyi Ageng Tingkir mengirimnya untuk berguru pada Ki Ageng Sela.
Mas Karebet pun belajar berbagai hal dengan cepat, mulai dari pemerintahan hingga bela diri.
Ki Ageng Sela menjuluki Mas Karebet dengan nama “Joko Tingkir”, yang diambil dari nama daerah asalnya, yaitu Tingkir.
Baca Juga: Dongeng Anak: Bona and Friends: Air Terjun #MendongenguntukCerdas
Joko Tingkir Mengabdi pada Kesultanan Demak
Suatu hari, Ki Ageng Sela meminta Joko Tingkir untuk mengabdikan diri pada Kesultanan Demak, karena ilmunya sudah cukup.
Joko Tingkir pun menurutinya dan mohon doa restu pada ibu angkatnya, Nyi Ageng Tingkir.
Nyi Ageng Tingkir merestuinya dan meminta anaknya itu menemui kerabatnya di Demak, yaitu Ki Ganjur.
Sesampainya di Demak, Joko Tingkir pun menemui Ki Ganjur. Esoknya, Ki Ganjur mengantarkan Joko Tingkir ke istana dan membantunya agar diterima di sana.
Karena Joko Tingkir memiliki ilmu dan keahlian yang tinggi, tidak lama kemudian, ia diberi jabatan baru oleh Sultan Trenggana sebagai panglima prajurit tamtama.
Salah satu tugas Joko Tingkir adalah memilih prajurit tamtama melalui seleksi.
Hingga suatu hari datanglah seorang pemuda bernama Dadung Awuk yang ingin menjadi prajurit. Namun ia tidak mau diseleksi dan justru ingin menantang Joko Tingkir.
Joko Tingkir pun menyampaikan secara baik-baik bahwa Dadung Awuk harus mengikuti aturan seperti calon prajurit yang lain. Namun Dadung Awuk justru semakin menantang Joko Tingkir.
Setelah berusaha bersabar namun terus ditantang, akhirnya Joko Tingkir marah dan menyanggupi tantangan Dadung Awuk.
Sayangnya, dalam pertarungan itu Dadung Awuk tewas terbunuh akibat Joko Tingkir yang terlalu marah.
Sultan Trenggana pun murka. Ia memecat dan mengusir Joko Tingkir dari istana.
Joko Tingkir Kembali Berguru
Joko Tingkir pun mengembara ke hutan di Pegunungan Kendeng.
Suatu hari, seorang kakek mendatanginya ketika ia sedang beristirahat di bawah pohon. Kakek itu bernama Ki Ageng Butuh.
Setelah menceritakan asal-usulnya, ternyata Ki Ageng Butuh masih bersaudara dengan ayah Joko Tingkir, yaitu Ki Ageng Pengging.
Baca Juga: Dongeng Petualangan Oki dan Nirmala: Si Penyihir Hijau
Ki Ageng Butuh membawa Joko Tingkir ke kediamannya dan diperkenalkan dengan Ki Ageng Ngerang yang juga masih bersaudara dengan Ki Ageng Pengging.
Ki Ageng Butuh dan Ki Ageng Ngerang pun mengajarinya lebih banyak ilmu.
Saat ilmu Joko Tingkir dirasa sudah cukup, Ki Ageng Butuh menyuruhnya ke Banyubiru untuk berguru pada Ki Buyut Banyubiru.
Ki Buyut Banyubiru bukan hanya mengajari Joko Tingkir, namun juga mengangkatnya menjadi anak. Sehingga Joko Tingkir jadi bersaudara dengan anak angkat lain Ki Buyut Banyubiru, Mas Manca.
Setelah beberapa bulan, Ki Buyut Banyubiru meminta Joko Tingkir kembali ke Demak untuk menunjukkan keahliannya pada Sultan Trenggana.
Sebelum berangkat, Ki Buyut Banyubiru memberi Joko Tingkir segenggam tanah Siti Sangar dan berpesan untuk memasukkannya ke mulut Kerbau Danu di Istana Prawoto.
Saat si kerbau mengamuk, maka hanya Joko Tingkir yang bisa menghentikannya.
Dalam perjalanan itu, Joko Tingkir ditemani oleh Mas Manca, Ki Wuragil, dan Ki Wila. Mereka menaiki rakit menyusuri Sungai Dengkeng.
Menjelang petang, mereka sampai di Kedung Srengege. Tiba-tiba rombongan Joko Tingkir itu dihadang gerombolan penjahat yang dipimpin oleh Baureksa dan Jalu Mampang.
Meski gerombolan penjahat lebih banyak jumlahnya, namun Joko Tingkir dan tiga temannya berhasil memenangkan pertarungan.
Baureksa dan Jalu Mampang mohon ampun dan mereka diperintahkan untuk mendorong rakit rombongan Joko Tingkir sampai ke Demak.
Setelahnya, Joko Tingkir membebaskan Baureksa dan Jalu Mampang dengan syarat mereka menjadi orang baik dan berhenti merampok.
Menghentikan Amukan Kerbau Danu
Sesampainya di Demak, Joko Tingkir segera melaksanakan pesan dari Ki Buyut Banyubiru, yaitu memasukkan tanah Siti Sangar ke mulut Kerbau Danu.
Kerbau Danu pun mengamuk dan menghancurkan Istana Prawoto. Semua prajurit Sultan Trenggana kewalahan dan tidak bisa menghentikan amukan kerbau itu.
Baca Juga: Dongeng Anak: Kue Serabi Pembawa Berkah #MendongenguntukCerdas
Setelah beberapa hari, Kerbau Danu masuk ke hutan di malam hari. Namun esoknya ia kembali menghancurkan kota.
Pada hari ketiga, Sultan Trenggana melihat Joko Tingkir berjalan tenang di dekat Kerbau Danu yang mengamuk.
Sultan Trenggana pun memanggilnya dan mengatakan jika Joko Tingkir bisa menjinakkan Kerbau Danu yang mengamuk, maka jabatan panglima prajurit tamtama akan dikembalikan dan ia diampuni.
Joko Tingkir dibantu Mas Manca, Ki Wuragil, dan Ki Wila mengepung Kerbau Danu yang mengamuk dan berusaha melawannya. Hingga akhirnya Joko Tingkir berhasil memukul leher si kerbau dan Tanah Siti Sangar keluar dari mulutnya.
Kerbau Danu itupun berhasil dikalahkan oleh Joko Tingkir.
Melihat itu, Sultan Trenggana mengembalikan jabatan panglima prajurit pada Joko Tingkir.
Sedangkan Mas Manca, Ki Wuragil, dan Ki Wila menjadi pembantu kepercayaan Joko Tingkir.
Semenjak itu, Joko Tingkir membantu Kesultanan Demak menjadi aman dan lebih makmur.
Berkat jasanya, Joko Tingkir pun diangkat menjadi Bupati Pajang dan diberi gelar Sultan Hadiwijaya. Mas Manca, Ki Wuragil, dan Ki Wila pun masih terus menjadi orang kepercayaannya.
Baca Juga: Cerita Misteri: Suara Misterius dan Bau Bunga Melati #MendongenguntukCerdas
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di www.gridstore.id/
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR