Bobo.id - Teman-teman sudah tahu manfaat mendongeng, kan? Mendongeng bisa membuat kita menjadi cerdas.
Nah, hari ini ada dongeng anak yang berjudul Selimut Kunang-Kunang.
Jangan lupa untuk membaca dongeng atau minta orang tuamu untuk mendongeng untukmu, ya!
-----------------------------
Baca Juga: Dongeng Anak: Birbal dan Pengawal Tak Jujur #MendongenguntukCerdas
Rus, anak laki-laki berumur delapan tahun yang nakal, sangat jahil dan banyak tingkah. Ada-ada saja ulahnya yang membuat orang-orang berteriak marah, atau jengkel.
Namun hari ini Rus sangat heran. Karena tidak ada seorang pun yang mempedulikan kebandelannya. Padahal dia baru saja mencat anak sapi milik Pak Todi dengan warna hijau. Tapi Pak Todi diam saja dengan wajah murung. Tidak membentak Rus. Ketika Rus main perahu-perahuan dengan sandal Bu llya yang besar, wanita gemuk itu juga tidak memarahi Rus. Bu llya hanya melirik Rus dengan raut wajah sedih.
Ada apa, ya? Kenapa orang-orang terlihat murung dan sedih? Rus bingung.
Akhirnya Rus bosan berbuat nakal dan jahil karena tidak ada yang mempedulikanya. Rus jadi penasaran.
"Apa yang terjadi, Pak Koko? Kenapa orang-orang terlihat sedih?" tanya Rus pada Pak Koko, Tukang Pedati.
"Ya, orang-orang di seluruh negeri sedang berduka. Puteri Marya telah diculik Raja Penyihir Umbu. Tidak ada yang dapat membebaskan Puteri Marya. Raja Penyihir Umbu tidak terkalahkan. Pasukan kerajaan yang diutus Raja belum kembali juga," jelas Pak Koko sedih.
Rus terdiam sebentar. Rus tahu Puteri Marya sangat disayangi rakyat seluruh negeri. Puteri Marya sangat cantik jelita dan baik hati. Rus menjadi marah kepada Raja Penyihir Umbu.
Baca Juga: Dongeng Anak: Puteri Bau Kambing #MendongenguntukCerdas
"Aku akan membebaskan Puteri Marya. Jangan khawatir!" ucap Rus yakin. Pak Koko malah tertawa, meremehkan Rus.
"Anak nakal seperti kamu, apa yang dapat kamu lakukan?" tanya Pak Koko.
“Nanti aku pikirkan. Aku akan membebaskan Puteri Marya!" Orang-orang yang mendengar ucapan Rus hanya mendengus kesal. Para ksatria kerajaan saja tidak bisa membebaskan Puteri Marya. Apalagi Rus. Anak kecil yang suka jahil dan berbuat nakal.
Namun tidak ada yang tahu, diamdiam Rus menemui Lilip, peri kunang-kunang, sahabatnya. Lilip pernah diselamatkan Rus ketika terjerat sarang laba-laba raksasa. Seluruh tubuh Lilip berwarna kuning kehijauan. Bila malam, seluruh tubuh Lilip bercahaya berkerlip-kerlip.
"Aku ingin membebaskan Puteri Marya. Tapi aku tidak tahu di mana tempat persembunyian Raja Penyihir Umbu," keluh Rus murung.
"Aku tahu. Istana Pualam Raja Penyihir Umbu ada di Lembah Bunga Seribu Warna," kata Lilip dengan mata berbinar.
"Bagaimana kamu tahu?" Tanya Rus.
"Aku sudah menanyakannya pada Tabib Tenung. Puteri Marya disekap di Menara Kaca yang tingginya sampai ke awan."
"Bagaimana caranya kita dapat ke sana?" tanya Rus putus asa.
Baca Juga: Dongeng Anak: Balon Keinginan #MendongenguntukCerdas
"Aku akan meminjam Selimut Kunang-kunang pada Ratu Cahaya Damai!" kata Lilip mantap. Ratu Cahaya Damai adalah ratu para peri kunang-kunang.
Malam harinya, Rus berjanji untuk bertemu Lilip lagi. Tak lama kemudian Lilip datang membawa sebuah selimut aneh yang berwarna kusam. Temyata selimut itu disulam dari ribuan sayap kunang-kunang.
"Aku tidak jadi meminjamnya dari Ratu. Ratu tak akan mengizinkannya. Aku terpaksa mengambilnya ketika Peri Kunang Penjahit sedang lengah. Ada bagian yang sobek pada selimut ini," jelas Lilip.
"Terima kasih, Lilip. Kamu mau membantu aku," kata Rus.
"Kita harus saling membantu. Kau kan pernah menyelamatkan aku. Ayo, tutupi tubuhmu dengan selimut kunang-kunang ini. Kita harus segera membebaskan Puteri Marya!"
Baca Juga: Dongeng Anak: Penasihat Raja #MendongenguntukCerdas
Rus menuruti kata-kata Lilip. Dia menutupi tubuhnya dengan selimut kunang-kunang. Tiba-tiba ribuan cahaya berkerlap-kerlip menyelubungi tubuh Rus. Rus berubah menjadi cahaya. Kemudian melesat ke langittinggi. Menuju Menara Kaca tempat Puteri Marya disekap. Lilip sebagai penunjuk jalannya. Kemudian mereka sampai di Menara Kaca. Puteri Marya terkejut dengan kedatangan mereka. Rus membuka Selimut Kunang-Kunang yang menyelubunginya. Selimut itu berubah menjadi selimut biasa kembali.
"Puteri Marya, aku Rus, kita harus segera meninggalkan tempat ini," seru Rus.
"Tapi bagaimana dengan tawanan yang lain?" tanya Puteri Marya.
"Mereka telah disihir menjadi bungabunga yang memenuhi seluruh Lembah Bunga Seribu Warna. Aku pun akan disihir menjadi Bunga emas!"
“Kalian tidak akan bisa meninggalkan tempat ini!" tiba-tiba Raja Penyihir Umbu datang dengan suara marah. Wajahnya yang tampan menjadi merah. Dia bersiap menyihir Rus. Tiba-tiba Lilip melihat kalung bola kristal menyembul di dada Raja Penyihir Umbu. Lilip segera menyambar bola kristal itu dan membantingnya sampai pecah. Itu adalah kelemahan Raja Penyihir Umbu.
Rus segera menyelubungi tubuhnya dan Puteri Marya dengan Selimut Kunang-kunang. Tubuh mereka berubah menjadi cahaya. Tapi Raja Penyihir Umbu berhasil menarik ujung Selimut Kunangkunang. Rus menyentaknya. Krreekk! Terdengar bunyi sobek. Tapi Rus berhasil lepas dan melesat ke langit bebas bersama Puteri Marya. Sihir Raja Penyihir Umbu punah. Dia tidak berdaya lagi. Orang-orang yang disihimya menjadi bunga berubah kembali menjadi manusia. Penduduk negeri menyambut gembira kembalinya Puteri Marya. Raja mengadakan pesta untuk Rus dan Lilip.
"Anak nakal, kalian harus tetap mendapat hukuman dariku. Mengambil selimut kunang-kunang tanpa izin. Kalian harus membantuku menambal pakaian dan memasang kancing selama sebulan penuh!" omel Peri Kunang Penjahit. Rus dan Lilip hanya bisa tersenyum kecut. Hmm, dengan sibuk bekerja, mudah-mudahan Rus tidak sempat berbuatjahil lagi.
Cerita oleh: Palris Jaya Ipal
#MendongenguntukCerdas
Baca Juga: Dongeng Anak: Kisah Tulo dan Tulio #MendongenguntukCerdas
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR