Para pelamar berdatangan dari seluruh daerah. Dari yang kaya hingga yang miskin. Penduduk desa menonton dengan mata terbelalak. Semua pelamar membawa hadiah yang indah.
Tak satu pun penduduk desa yang tinggal di rumahnya. Semua pergi menonton para pelamar. Ternyata, ada pula seorang raja yang ingin menjadikan si Cantik sebagai permaisurinya.
Walaupun demikian, tak ada seorang pun yang berhasil membuat si Cantik berbicara. Si Cantik tidak berkata apa-apa.
Pada petang hari, tidak seorang pun memperhatikan kedatangan seorang pria tampan, kecuali si Cantik. Pria itu mendekat, memandangi Si Cantik.
Tanpa sadar, si Cantik tersenyum ke arah pria itu. Pria itu sama sekali tidak bicara pada si Cantik. Dia menunggu malam tiba tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Ketika malam bertambah gelap, pria itu berdiri di depan si Cantik. Ia membakar sehelai kain indah untuk dijadikan penerang.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR