Bobo.id - Teman-teman pasti suka makan es krim terlebih saat cuaca panas. Namun, kita harus memerhatikan lagi cara makan es krim. Hati-hati, es krim bisa beracun kalau kita makan dengan cara yang salah.
Kesalahan bisa terjadi saat proses penyimpanan es krim atau proses memakan.
Teman-teman yang suka membuat es krim sendiri di rumah juga harus berhati-hati.
Baca Juga: Jangan Sampai Disepelekan Lagi, Ini Bahaya Jarang Bersihkan Kamar Mandi
Beberapa campuran bahan yang salah, juga bisa menyebabkan es krim mengganggu kesehatan tubuh.
Perhatikan penjelasan di bawah ini tentang kesalahan dalam mengonsumsi es krim.
1. Membekukan Kembali
Teman-teman perlu waspada saat mengonsumsi es krim yang sudah meleleh.
Es krim yang sudah meleleh tidak disarankan untuk dibekukan lagi di kulkas.
Kondisi es krim yang mencair akan menjadi tempat yang digemari beberapa jenis bakteri.
Salah satu bakteri berbahaya yang bisa tumbuh di es krim mencair adalah Listeria.
Bakteri itu muncul saat es krim mencair, tapi membekukan es krim kembali tidak membuat bakteri tersebut mati.
Bakteri akan tetap bertahan didalam es krim hingga teman-teman memakannya lagi.
Saat es krim di makan kembali, bakteri itu akan masuk ke tubuh dan menyebabkan infeksi.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Listeia akan sangat berbahaya hingga sebabkan demam tinggi, diare, sakit kepala, kaku leher, kehilangan keseimbangan, kejang, bahkan penurunan kesadaran.
Dalam beberapa kasus serius, bakteri tersebut bisa menyebabkan komplikasi pada sistem saraf.
Jadi sebaiknya teman-teman tidak membekukan es krim yang sudah mencair.
Bila sudah mencair telalu lama, sebaiknya jangan dikonsumsi lagi.
2. Campuran Bahan yang Salah
Membuat es krim sendiri di rumah mungkin akan membuat teman-teman merasa aman.
Teman-teman bisa mengontrol kandungan yang dicampurkan.
Namun, teman-teman harus hati-hati dalam memilih capuran untuk es krim.
Saat membuat es krim sebaiknya hindari menggunakan capuran telur mentah di dalamnya.
Dalam telur mentah terdapat kandungan bakteri Salmonella yang bisa menginfeksi saluran pencernaan.
Bahan seperti telur mungkin digunakan sebagai campuran es krim pada beberapa jenis es krim yang ada di supermarket.
Namun, perusahaan tersebut sudah lekukan pasteurasisai pada bahan-bahan yang digunakan.
Pasteurisasi merupakan proses pemanasan makanan untuk membunuh organisme merugikan seperti bakteri, protozoa, khamir, dan kapang.
Selain itu, proses tersebut bisa memperlambat perumbuhan mikroba pada makanan.
3. Sendok yang Kotor
Cara makan es krim lainnya yang salah adalah menggunakan sendok kotor.
Makan dengan sendok kotor tentunya akan menjadi masalah pada kesehatan.
Terlebih teman-teman mengonsumsi es krim dengan sendok kotor.
Es krim yang perlahan mencair bisa menjadi sarang bagi beberapa bakteri.
Dengan menggunakan sendok kotor, bakteri akan masuk ke dalam es krim yang mencair.
Mengonsumsi es krim dengan cara itu bisa membuat teman-teman keracunan.
Karena itu ada baiknya teman-teman memahami cara mengonsumsi es krim yang benar.
Cara Tepat Makan Es Krim
- Saat membeli es krim, jangan biarkan es krim berada di suhu ruangan terlalu lama. Segera simpan di dalam freezer.
- Segera simpan es krim di freezer lagi setelah mengambil beberapa sendok es krim ke wadah.
- Jangan simpan es krim pada pintu freezer, karena suhu tidak cukup dingin.
Letakan es krim pada bagian dalam dengan suhu -24 derajat celsius.
- Lalu jangan simpan es krim bersamaan dengan bahan makanan berbau.
Pisahkan tempat penyimpanan es krim dari daging yang dibekukan.
Teman-teman bisa mengunakan kotak khusus untuk menyimpan daging yang perlu dibekukan di dalam kulkas.
Walau terlihat sepele, cara mengonsumsi es krim yang salah bisa menyebabkan masalah serius pada kesehatan.
Pastikan untuk mengonsumsi es krim dengan cepat sebelum mencair sepenuhnya.
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | klikdokter.com,Halodoc.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR