Selain itu, masih banyaknya penelitian yang memiliki tingkat respons rendah, yang artinya mungkin para peneliti melebih-lebihkan risiko long COVID-19, kata beliau.
Dr Petra Simmermann dari MCRI dan Universitas Fribourg juga menambahkan bahwa sulit untuk menghitung risiko COVID-19 di antara anak-anak dan remaja secara akurat.
Baca Juga: Lakukan Vaksinasi COVID-19 di Luar Negeri? Ini Cara Verifikasi Data di PeduliLindungi
Hal ini disebabkan karena anak-anak tidak bertemu di sekolah, tempat olahraga, dan tempat melakukan hobi karena adanya pembatasan jarak sosial.
Gejala yang dilaporkan hingga 12 minggu setelah infeksi yang tercatat pada remaja adalah sakit kepala, kelelahan, gangguan tidur, kesulitan konsentrasi, dan sakit perut.
Tinjauan ini diterbitkan melalui Pediatric Infectious Disease Journal, dengan melibatkan 19.426 anak-anak dan remaja dengan gejala terus-menerus.
(Penulis: Mela Arnani)
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | WHO,Sky News,KOMPAS.com |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR